Karawang (kota)

ibu kota Kabupaten Karawang, Indonesia

Kota Karawang (aksara Sunda: ᮊᮛᮝᮀ) adalah Pusat Pemerintahan / Ibukota dari Kabupaten Karawang yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. wilayahnya terdiri dari Kecamatan Karawang Barat dan Kecamatan Karawang Timur, hasil Pemekaran dari Kecamatan Karawang. Saat ini, Cakupan Area Kota Karawang telah meluas pada Kecamatan Sekitarnya seperti Telukjambe Barat dan Telukjambe Timur . Rencananya Kota ini akan dimekarkan dari Kabupaten Karawang dengan Wilayah Meliputi : Karawang Barat, Karawang Timur, Telukjambe Barat, Telukjambe Timur, Klari, Purwasari, Cikampek, dan Kotabaru . Calon Wilayah Kota Karawang akan memanjang sepanjang Jalur Tol Jakarta - Cikampek dari mulai Karawang Barat hingga Cikampek. Terdapat usulan Pemekaran secara mandiri untuk Wilayah Cikampek, namun melihat Potensi yang ada, akan lebih baik Wilayah Cikampek bergabung bersama Kota Karawang .

Karawang
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenKarawang
KecamatanKarawang Barat
Karawang Timur
Telukjambe Timur
Telukjambe Barat
Klari
Purwasari
Cikampek
Kotabaru
Peresmian ibu kota14 September 1633
Dasar hukumPeraturan Daerah Kabupaten Karawang nomor 2 tahun 2005
Luas
 • Total351 km2 (136 sq mi)
Populasi
 (2022)
 • Total1,050,384
 • Kepadatan3,000/km2 (7,800/sq mi)
Zona waktuUTC+7
Kode area telepon+62 0267

Kota Karawang akan memiliki Luas Wilayah sebesar 351,24 km2 dan Penduduk sebanyak 1.050.384 sehingga Kota Karawang akan menjadi salah satu Kota Metropolitan Baru di Indonesia dan Menjadi Kota Terbesar di Wilayah Metropolitan PURWASUKA (Purwakarta, Subang dan Karawang).

Sejarah sunting

Etimologi sunting

Kata "karawang" muncul pada Naskah Bujangga Manik dari akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16. Bujangga Manik menuliskan sebagai berikut:

Leteng karang ti Karawang,
Leteng susuh ti Malayu,
Pamuat aki puhawang.
Dipinangan pinang tiwi,
Pinang tiwi ngubu cai,

Dalam bahasa Sunda, karawang mempunyai arti "penuh dengan lubang". Bisa jadi pada daerah Karawang zaman dulu banyak ditemui lubang.

Penyebaran Islam sunting

Agama Islam mulai dianut masyarakat setempat pada masa Kerajaan Sunda, setelah seorang patron bernama Syekh Hasanudin bin Yusuf Idofi, konon dari Makkah, yang terkenal dengan sebutan "Syekh Quro", Syekh Quro merupakan seorang utusan Raja Campa yang mengikuti pelayaran persahabatan ke Majapahit dari Dinasti Ming yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (Kapal Laksamana Cheng Ho tercatat mendarat di Pelabuhan Muara Jati, Kerajaan Singapura (cikal bakal Kesultanan Cirebon pada tahun 1415[1].), ketika kapal sudah berada di Pura, Karawang, Syekh Quro beserta pengikutnya turun dan tinggal untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Pura dan kemudian menikah dengan Putri Ki Gede Karawang yang bernama Ratna sondari[2] dan meluaskan pengajarannya hingga ke wilayah Pura Dalem (Pedalaman Pura) kemudian mendirikan pesantren di Desa Pulo Kelapa (sekarang masuk kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Karawang)

Dari pernikahannya dengan Ratna Sondari, Syekh Quro memiliki seorang anak yang diberi nama Ahmad, Ahmad inilah yang kemudian dikenal dengan nama Syekh Ahmad (Penghulu Pertama di Karawang), Syekh Ahmad pernah diperintahkan oleh ayahnya untuk membantu Syekh Nur Jati atau Syekh Datuk Kahfi di Pesambangan (sekarang masuk wilayah kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon).

Hubungan penyebaran Islam di Karawang dengan Kesultanan Cirebon sunting

Puteri Ki Gede Karawang yaitu Ratna sondari memberikan sumbangan hartanya untuk mendirikan sebuah masjid di Gunung Sembung (letaknya berdekatan dengan Gunung Jati) atau dikenal dengan sebutan (Nur Giri Cipta Rengga) yang bernama Masjid Dog Jumeneng atau Masjid Sang Saka Ratu, yang sampai sekarang masih digunakan dan terawat baik.[3]

Syekh Ahmad (Anak Syekh Quro dengan Ratna sondari) kemudian berkeluarga dan memiliki seorang putera bernama Musanudin, Musanudin inilah yang kemudian menjadi Lebai di Kesultanan Cirebon dan memimpim Masjid Agung Sang Cipta Rasa pada masa kepemimpinan Sunan Gunung Jati. Pengangkatan juru kunci di situs makam Syekh Quro dikuatkan oleh pihak Keraton Kanoman, Cirebon. Syekh Quro memberikan ajaran yang kemudian dilanjutkan oleh murid-murid Wali Sanga. Makam Syeikh Quro terletak di Pulobata, Kecamatan Lemahabang.

Ekonomi sunting

Kota Karawang merupakan lokasi dari beberapa kawasan industri, antara lain Karawang International Industry City KIIC, Kawasan Surya Cipta, Kawasan Bukit Indah City atau BIC di jalur Cikampek (Karawang). Salah satu industri strategis milik negara juga memiliki fasilitasnya di deretan kawasan industri tersebut, yaitu Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (http://www.peruri.co.id/) yang mencetak uang kertas, uang logam, maupun dokumen-dokumen berharga seperti paspor, pita cukai, meterai dan lain sebagainya. Di bidang pertanian, Karawang terkenal sebagai lumbung padi Jawa Barat.[4]

Transportasi sunting

Stasiun kereta api sunting

Kabupaten Karawang memiliki dua stasiun kereta api utama dan satu stasiun kereta cepat, diantaranya Stasiun Karawang di Kecamatan Karawang Barat dan Stasiun Cikampek di Kecamatan Cikampek yang melayani kereta api antarkota maupun lokal menghubungkan Kabupaten Karawang dengan berbagai tujuan di Pulau Jawa, sedangkan Stasiun HSR Karawang di Kecamatan Telukjambe Barat yang melayani Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Pemerintahan sunting

Kota Karawang nantinya terdiri atas 8 kecamatan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Karawang Timur, tepatnya di kelurahan Karawang Wetan.


  1. ^ Yuanzhi Kong, Hembing Wijayakusuma. 2011. Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara.: Yayasan Obor Indonesia.
  2. ^ [1] Diarsipkan 2014-11-09 di Wayback Machine.|Kerajaan Pura
  3. ^ [2] Diarsipkan 2016-02-02 di Wayback Machine.|Sumur Jalatunda - IAIN Syekh Nurjati
  4. ^ "Para Naga Penguasa Jakarta Beradu Perkasa di Karawang". Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-09-18. Diakses tanggal 26 November 2017.