Ishak dalam Islam

(Dialihkan dari Ishaq)

Dalam sudut pandang agama Islam, Ishaq atau Ishak (Arab: إِسْحَاقَ, translit: Isḥāq)[1][2] adalah tokoh dalam Al-Qur'an, Alkitab, dan Tanakh. Dia adalah putra Ibrahim dengan Sarah dan merupakan ayah dari Ya'qub.[3]

Nabi
Isḥāq
إِسْحَاقَ
Ishak

'alaihissalam
Kaligrafi Ishaq 'alaihis-salam
LahirPalestina
MeninggalPalestina
MakamMasjid Ibrahimi, Hebron
31°31′29″N 35°06′39″E / 31.524744°N 35.110726°E / 31.524744; 35.110726
Tempat tinggalPalestina
PendahuluIsmail
PenggantiYa'qub
Suami/istriRibka
Anak
Orang tua
Kerabat

Ayat sunting

Katakanlah (Muhammad), "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka dan hanya kepada-Nya kami berserah diri."

Nama sunting

Nama Ishaq berasal dari bahasa Ibrani Yiṣḥāq yang berarti tertawa/tersenyum. Kata itu didapatkan dari ibunya, Sarah yang tersenyum tidak percaya ketika mendapatkan kabar gembira dari malaikat.[4]

Kisah sunting

Dalam Al-Qur'an (kitab suci Islam), nama Ishaq disebutkan tujuh belas kali.[a] Kisahnya yang disebutkan dalam Al-Qur'an hanya berkisar mengenai berita kelahirannya yang disebutkan pada surah Hud (11): 69-73, Al-Hijr (15): 51-56, dan Adz-Dzariyat (51): 24-30, sedangkan kisah mengenai kehidupannya biasanya disadur dari sumber Yahudi dan Kristen. Dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan Alkitab (kitab suci Kristen), kisahnya disebutkan pada Kitab Kejadian pasal 17, 18, 21, 22, 24-28.

Latar belakang sunting

Ishaq adalah anak kedua Ibrahim (disebut Abraham dalam Yahudi dan Kristen). Ibunya adalah Sarah yang merupakan istri pertama Ibrahim. Ishaq memiliki kakak tiri, Isma'il, yang merupakan putra Ibrahim dan Hajar, juga adik-adik tiri, yang merupakan putra Ibrahim dan Ketura[5].

Tamu Ibrahim sunting

Al-Qur'an menjelaskan bahwa suatu hari Ibrahim kedatangan tamu-tamu asing, jumlahnya tiga orang menurut sebagian tafsir ulama, kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi panggang. Namun mereka sama sekali tidak menjamah hidangan tersebut sehingga perbuatan tidak lazim mereka ini membuat Ibrahim takut. Para tamu tersebut kemudian menenangkan Ibrahim dan menyatakan bahwa mereka adalah para malaikat yang diutus untuk membinasakan kaum Luth. Selain itu, mereka juga datang untuk mengabarkan bahwa Ibrahim dan Sarah akan dikaruniai anak laki-laki yang bernama Ishaq. Mendengar hal tersebut, Sarah tercengang sembari menepuk mukanya sendiri lantaran merasa heran karena dia adalah wanita mandul yang sudah tua. Ibrahim juga merasa keheranan dan bertanya, "Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku, padahal usiaku telah lanjut? Maka dengan cara bagaimanakah terlaksananya berita gembira yang kamu kabarkan ini?" Para malaikat menjawab, "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang yang berputus asa." Ibrahim menjawab, "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat."[6][7][8][9]

Dalam versi Alkitab disebutkan bahwa saat Ibrahim sedang duduk-duduk di pintu kemahnya saat panas terik, tiga tamu asing datang dan Ibrahim bersujud pada mereka sebagaimana tradisi penghormatan pada zaman itu. Ibrahim kemudian menghidangkan anak lembu, roti, dan susu, dan para tamu tersebut menyantapnya. Setelahnya, mereka mengabarkan bahwa pada tahun depan, Ibrahim dan Sarah akan memiliki anak laki-laki. Sarah tertawa mendengar kabar tersebut, kemudian Tuhan menanyakan alasan Sarah tertawa, padahal tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Sarah kemudian menyangkal bila tadi tertawa karena takut.[10] Alkitab menyebutkan bahwa saat Ishaq lahir, Ibrahim berusia seratus tahun[11] dan Sarah berusia sekitar 91 tahun.[b]

Pengorbanan sunting

Dalam surah Ash-Shaffat disebutkan bahwa dalam mimpi, Ibrahim melihat dirinya menyembelih putranya dan hal ini ditafsirkan sebagai wahyu. Ibrahim bertanya pada anaknya, "Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah pendapatmu." Anaknya menjawab, "Wahai bapakku, kerjakanlah yang diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Maka keduanya kemudian melaksanakan mimpi tersebut. Saat Ibrahim membaringkan putranya tersebut dan siap menyembelihnya, ada sebuah suara menyeru, "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu." Kemudian putranya tersebut diganti dengan hewan sembelihan yang besar.[12]

Al-Qur'an tidak menyebutkan mengenai nama anak yang disembelih dan para ulama berbeda pendapat terkait masalah tersebut. Sebagian ulama berpendapat bahwa anak tersebut adalah Isma'il dan ini juga menjadi keyakinan umat Muslim pada umumnya, sedangkan sebagian ulama lain berpendapat bahwa Ishaq adalah anak yang dimaksud dalam Al-Qur'an.

Ibnu Katsir berpendapat bahwa anak tersebut adalah Isma'il berdasarkan redaksi Al-Qur'an bahwa setelah mengisahkan mengenai penyembelihan, baru disebutkan bahwa Allah kemudian memberi kabar gembira dengan kelahiran Ishaq. Pendapat ini sebagaimana yang dikatakan oleh Mujahid, Said, Asy-Sya'bi, Yusuf bin Mihran, Atha', dan ulama lain yang meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas.

Sedangkan ulama yang berpandangan bahwa anak yang dimaksud adalah Ishaq di antaranya adalah As-Suhaili, Ibnu Qutaibah, dan Ath-Thabari. As-Suhaili berpendapat bahwa dalam Al-Qur'an disebutkan "maka tatkala anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim," padahal Isma'il sudah diungsikan ke gurun sejak kecil bersama Hajar sehingga tidak mungkin dia hidup berdampingan dan berusaha bersama-sama Ibrahim.[13][14]

Sumber Yahudi dan Kristen pada umumnya sepakat bahwa Ishaq adalah putra yang hendak disembelih Ibrahim. Disebutkan dalam Alkitab bahwa Allah berfirman kepada Ibrahim, "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." Namun saat hendak disembelih, malaikat menyerunya dan Allah berfirman, "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." Lalu Allah memberikan seekor domba jantan sebagai kurban.[15]

Akan tetapi, para penafsir modern memandang identitas putra Ibrahim yang hendak disembelih ini tidak begitu penting bila dibandingkan pelajaran moral yang termuat dalam kisah tersebut.[16] Narasi Al-Qur'an terkait penyembelihan ini menjadikan putra Ibrahim yang bersangkutan sebagai percontohan bagi tindakan keikhlasan dan kepatuhan, karena sang anak sepenuhnya sadar akan upaya Ibrahim untuk mengorbankannya dan tetap menyetujuinya. Persetujuannya menjadi keteladanan terkait penyerahan diri pada kehendak Allah yang merupakan karakteristik penting dalam Islam.[17]

Keluarga sunting

Alkitab menyebutkan bahwa Ishaq tidak juga menikah meski Sarah sudah wafat dan Ibrahim berusia lanjut lantaran masyarakat Palestina saat itu tidak beriman kepada Allah, juga asing dengan keluarga Ibrahim. Ibrahim kemudian memerintahkan kepala pelayannya untuk pergi ke tanah kelahiran Ibrahim di Iraq agar mencarikan gadis dari keluarga Ibrahim di sana untuk diperistri Ishaq. Pelayan Ibrahim tersebut kemudian pergi ke kediaman keluarga Ibrahim dan meminangkan Ribka (Rifqah, Rafiqah) untuk Ishaq. Ribka adalah putri Betuel bin Nahor. Nahor sendiri adalah saudara Ibrahim, sehingga Ribka adalah anak dari sepupunya Ishaq secara silsilah. Ribka dan keluarga besarnya menerima pinangan tersebut dan akhirnya dia ikut ke Palestina bersama pelayan Ibrahim dan menikah dengan Ishaq.[18] Saat itu Ishaq berusia empat puluh tahun.[19]

Disebutkan bahwa ternyata Ribka adalah seorang wanita mandul. Maka Ishaq berdoa pada Allah agar dikaruniai anak sehingga Ribka dapat mengandung. Ribka kemudian melahirkan dua putra kembar. Putra pertama dinamai Esau (Aishu), tubuhnya berwarna merah dan seperti jubah berbulu. Putra kedua dinamai Ya'qub dan saat lahir memegang tumit kakaknya. Mereka lahir saat Ishaq berusia enam puluh tahun. Saat besar, Esau menjadi pemburu handal dan suka tinggal di padang, sedangkan Ya'qub lebih suka tinggal di kemah. Ishaq lebih menyayangi Esau, sementara Ribka lebih menyayangi Ya'qub. Ibnu Katsir juga menuliskan kisah ini dalam karyanya, menyadur dari Alkitab.[20][21]

Pada saat Ishaq berusia 75 tahun, Ibrahim meninggal. Isma'il dan Ishaq kemudian bersama-sama mengebumikan jasad ayah mereka di Gua Makhpela di Hebron, tempat Sarah dimakamkan.[22]

Hari tua sunting

Setelah tua, pandangan Ishaq mulai melemah. Takut bahwa dia dapat meninggal sewaktu-waktu, Ishaq kemudian memerintahkan Esau berburu dan membuatkan makanan kesukaannya dari buruan itu, sehingga Ishaq dapat mendoakan keberkahan bagi putra sulungnya tersebut. Ribka yang mengetahui niatan Ishaq kemudian memerintahkan Ya'qub agar menghidangkan makanan tersebut kepada Ishaq sebelum Esau pulang berburu. Ribka kemudian memakaikan pakaian Esau pada Ya'qub, juga membalutkan kulit domba pada tangan dan leher Ya'qub karena Esau adalah orang yang berburu lebat. Saat Ya'qub menghidangkan makanan tersebut, Ishaq meraba tubuh Ya'qub dan berkata, "Kalau suara, suara Yakub, kalau tangan, tangan Esau." Setelah menyantap hidangan tersebut, Ishaq mendoakan Ya'qub, yang dia kira adalah Esau, agar dia dikaruniai kebaikan, rezeki yang banyak, dan dia menjadi tuan bagi saudaranya, dan begitu juga keturunannya.[23][24]

Setelah Ya'qub keluar, Esau mendatangi Ishaq, menghidangkan makanan yang ayahnya minta. Namun Ishaq mengatakan kalau tadi telah menyantap hidangannya dan telah mendoakannya. Ishaq dan Esau kemudian tahu bahwa tadi yang datang adalah Ya'qub. Esau meraung-raung pada ayahnya, tapi Ishaq mengatakan kalau doanya tidak bisa ditarik kembali. Esau kemudian berjanji untuk membunuh Ya'qub bila Ishaq telah meninggal. Mengetahui ancaman Esau, Ribka memerintahkan agar Ya'qub pergi menuju rumah saudara Ribka, Laban, yang ada di Mesopotamia.[25][26] Sebelum pergi, Ishaq mendoakan Ya'qub dan melarang Ya'qub memperistri wanita-wanita Palestina karena penduduk kawasan tersebut kebanyakan tidak beriman, sehingga Ishaq memerintahkan Ya'qub mencari istri dari keluarga besar Ibrahim yang ada di Mesopotamia. Setelahnya, Ya'qub pergi meninggalkan Palestina. Esau mendengar bahwa ayahnya tidak menyukai perempuan Palestina, padahal dia sendiri sudah memperistri dua orang perempuan Palestina, sehingga dia mencari istri lagi. Istri ketiganya adalah Mahalat, putri Isma'il.[27]

Wafat sunting

 
Foto tugu makam Ishaq di dalam Masjid Ibrahimi, sekitar 1911

Terlepas dari perselisihan Esau dan Ya'qub, mereka pada akhirnya berdamai. Setelah tinggal di Mesopotamia selama beberapa belas tahun, Ya'qub kembali ke Palestina dan memiliki dua belas putra dan seorang putri dari dua istri dan dua selirnya. Setelahnya, Ishaq wafat pada usia 180 tahun. Esau dan Ya'qub memakamkannya di Gua Makhpela bersama Ibrahim, Sarah, dan Ribka.[28][29] Setelah menjadi wilayah kekhalifahan, didirikanlah sebuah masjid di tempat itu yang bernama Masjid Ibrahimi.[30]

Kedudukan sunting

Islam sunting

Ishaq dipandang sebagai nabi dalam Islam. Meski namanya cukup banyak disebutkan bila dibandingkan nabi yang lain, kisahnya yang termaktub dalam Al-Qur'an hanyalah berita mengenai kelahirannya atau dan penyembelihannya menurut sebagian ulama. Bagian kehidupannya yang lain biasanya disadur dari sumber Yahudi dan Kristen. Dalam Al-Qur'an tidak dikisahkan mengenai Ishaq yang berdakwah kepada kaum tertentu, tetapi disebutkan bahwa dia selalu mengingatkan manusia kepada negeri akhirat.[31]

Namanya dalam Al-Qur'an kerap dirangkaikan bersama Ibrahim dan Ya'qub, juga dengan beberapa nabi yang lain, menegaskan kedudukannya sebagai nabi, orang saleh, dan sosok beriman yang diberi wahyu dan petunjuk oleh Allah.[32][33][34][35][36][37][38] Ishaq juga dinyatakan memiliki kekuatan yang besar dan ilmu yang tinggi.[39] Disebutkan pula bahwa Allah menganugerahi kitab dan kenabian pada keturunannya.[40] Umat Islam juga diperintahkan untuk beriman kepada wahyu Allah, baik yang diturunkan kepada Muhammad maupun kepada nabi-nabi yang lain, di antaranya adalah Ishaq, juga diperintahkan untuk tidak membeda-bedakan para nabi dan berserah diri kepada Allah.[41][42]

Yahudi sunting

Umat Yahudi memandang Ishaq sebagai nabi. Bersama Ibrahim dan Ya'qub, nama Ishaq juga disebutkan bersama dengan Tuhan, sebagaimana Tuhan dalam Yahudi disebut Elohei Abraham, Elohei Yitzchaq ve Elohei Ya`aqob (Tuhannya Abraham, Tuhannya Ishaq, dan Tuhannya Ya'qub) dan tidak pernah disebut Tuhannya yang lain.[43] Kesediaan Ishaq untuk dikorbankan menjadi teladan bagi banyak Yahudi untuk lebih memilih kemartiran daripada harus melanggar hukum Yahudi.[44]

Dalam Tanakh disebutkan beberapa kali bahwa Allah menjanjikan Ibrahim akan menjadi ayah bagi banyak bangsa dan keturunannya melalui Ishaq akan dikaruniai seluruh tanah Kan'an (Palestina). Perjanjian ini dilangsungkan bahkan sejak sebelum Ishaq dilahirkan.[45][46]

Kristen sunting

Gereja Kristen awal melanjutkan dan mengembangkan tema Perjanjian Baru tentang Ishaq yang menjadi perumpaan bagi Kristus dan Gereja sebagai "putra yang dijanjikan" dan "bapa orang beriman". Tertulianus menyamakan antara Ishaq yang membawa kayu untuk api pengorbanan dengan Yesus yang memikul salibnya.[47]

Ishaq dinyatakan sebagai santo dalam Gereja Ortodoks Timur dan Katolik.[48] Perayaan liturginya dilangsungkan pada hari ahad kedua sebelum natal.[49][50]

Lihat pula sunting

Catatan sunting

  1. ^ Dalam Al-Qur'an, nama Ishaq disebutkan tujuh belas kali, yakni pada surah:
    1. Al-Baqarah (02): 133, 136, 140
    2. Ali 'Imran (03): 84
    3. An-Nisa' (04): 163
    4. Al-An'am (06): 84
    5. Hud (11): 71 (2 kali)
    6. Yusuf (12): 6, 38
    7. Ibrahim (14): 39
    8. Maryam (19): 49
    9. Al-Anbiya' (21): 72
    10. Al-'Ankabut (29): 27
    11. Ash-Shaffat (37): 112, 113
    12. Shad (38): 45
  2. ^ Dari Kejadian 17:17 dan Kejadian 17:24 diketahui bahwa Sarah berusia sembilan puluh tahun ketika Ibrahim berusia 99 tahun. Jadi usia mereka selisih 9 tahun.

Rujukan sunting

  1. ^ "Nabi Ishaq". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-04-02. Diakses tanggal 2008-01-18. 
  2. ^ "Nabi-Nabi di Semenanjung Arab". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-29. Diakses tanggal 2007-12-19. 
  3. ^ Kisah 25 Nabi dan Rasul, hal 141
  4. ^ Ginzberg, Louis (1909). The Legends of the Jews (Translated by Henrietta Szold) Philadelphia: Jewish Publication Society.
  5. ^ https://www.haibunda.com/parenting/20201203161934-61-178886/kisah-nabi-ishaq-anak-nabi-ibrahim-yang-lahir-saat-istrinya-berusia-90-tahun
  6. ^ Hud (11): 69-73
  7. ^ Al-Hijr (15): 51-56
  8. ^ Adz-Dzariyat (51): 24-30
  9. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 237-240.
  10. ^ Kejadian 18: 1–15
  11. ^ Kejadian 21: 5
  12. ^ Ash-Shaffat (37): 101-107
  13. ^ At-Ta'rif wal I'lam, hlm. 274-275
  14. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 233-236.
  15. ^ Kejadian 22: 1–19
  16. ^ Glasse, C., "Ishmael", Concise Encyclopedia of Islam
  17. ^ Akpinar, Snjezana (2007). "I. Hospitality in Islam". Religion East & West. 7: 23–27. 
  18. ^ Kejadian 24: 1–67
  19. ^ Kejadian 25: 20
  20. ^ Kejadian 25: 21–28
  21. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 323-324.
  22. ^ Kejadian 25: 7–9
  23. ^ Kejadian 27: 1–29
  24. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 324.
  25. ^ Kejadian 27: 30–45
  26. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 324-325.
  27. ^ Kejadian 28: 1–9
  28. ^ Kejadian 35: 28–29
  29. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 330.
  30. ^ Mann, Sylvia (January 1, 1983). "This is Israel: pictorial guide & souvenir". Palphot Ltd. – via Google Books. 
  31. ^ Shad (38): 46
  32. ^ Al-Baqarah (02): 133
  33. ^ Al-Baqarah (02): 140
  34. ^ An-Nisa' (04): 163
  35. ^ Al-An'am (06): 84
  36. ^ Maryam (19): 49
  37. ^ Al-Anbiya' (21): 72
  38. ^ Ash-Shaffat (37): 112
  39. ^ Shad (38): 45
  40. ^ Al-'Ankabut (29): 27
  41. ^ Al-Baqarah (02): 136
  42. ^ Ali 'Imran (03): 84
  43. ^ Ginzberg 1909, Vol. I: Joy and Sorrow in the House of Jacob.
  44. ^ The New Encyclopedia of Judaism, Isaac.
  45. ^ Kejadian 17: 2–8
  46. ^ Kejadian 26: 3–4
  47. ^ Cross and Livingstone, Oxford Dictionary of the Christian Church, 1974, art Isaac
  48. ^ The patriarchs, prophets and certain other Old Testament figures have been and always will be honored as saints in all the Church's liturgical traditions. – Catechism of the Catholic Church 61
  49. ^ "Sunday of the Forefathers - OrthodoxWiki". 
  50. ^ Liturgy > Liturgical year >The Christmas Fast – Byzantine Catholic Archeparchy of Pittsburgh

Daftar pustaka sunting

Pranala luar sunting