Isbedy Stiawan ZS, (lahir di Tanjungkarang, Bandar Lampung, 5 Juni 1958) adalah sastrawan Indonesia. H.B. Jassin menjulukinya Paus Sastra Lampung.

Keluarga sunting

Sejak lahir hingga kini, Isbedy tinggal menetap di Bandar Lampung bersama istrinya, Fitri Angraini. Ayah dari enam (6) anak: Mardiah Novriza, Arza Setiawan, Rio Fauzul, Khairunnisa, Abdurrobbi Fadillah, dan Dzafira Adelia Putri Isbedy. Cucu Zahra Balqis, Ayas, Uwais Yofamindes Yusuf, dan Faza

Aktivitas sunting

Selain menulis karya sastra (cerpen, puisi, esai sastra), kini dia aktif di Lamban Sastra Isbedy Stiawan ZS sebagai pengampu. Lamban Sastra beralamat di Jalan Kelepa Warna/Raden Saleh, Tanjungsenang, Bandarlampung dan Dokumen Sastra Dunia PKOR Wayhalim, Bandarlampung. Ia mantan pengurus/pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Bandar Lampung.

Proses kreatif sunting

Isbedy mulai bersentuhan dengan dunia sastra sejak bangku SMP tahun 1975. Karya-karya Kho Ping Hoo adalah bacaan yang saat itu digemarinya. Sebelum terkenal sebagai penulis, ia tekun bertaeter bersama Syaiful Irba Tanpaka dan A.M. Zulqornain dalam Sanggar Ragom Budaya. Ketika STM, dia mulai menggeluti sastra, yaitu menulis puisi dan cerpen. Dia kerap membacakan sajaknya dari panggung ke panggung. Karya pertama Isbedy yang dimuat pertama adalah cerita pendek di Mingguan Swadhesi. Sejak itu puisi, cerpen, dan esainya mengalir deras dan dimuat di berbagai media lokal dan nasional.

Umumnya, proses kreatif puisi Isbedy lahir setelah ia menemukan kata-kata puitis terlebih dahulu, lalu diolah menjadi puisi. Ide kreatifnya bisa muncul kapan saja, saat perjalanan, merenung di waktu malam atau langsung di depan komputer. Isbedy juga dikenal sebagai sastrawan fenomenal di Lampung yang tiada henti menghidupkan keberlangsungan sastra di Lampung hingga kini. Kedekatannya kepada kalangan sastrawan muda Lampung, menyebabkan ia didudukkan sebagai "pengayom" sastra.

Dia pernah diundang mengikuti berbagai kegiatan sastra di berbagai kota di Tanah Air, Malaysia, Thailand seperti Pertemuan Sastrawan Nusantara di Johor Bahru dan Kedah (Malaysia), Dialog Utara di Thailand, Utan Kayu Literary Festival, dan Ubud Writers and Readers International Festival. Diundang Dewan Kesenian Jakarta pada 2005, dalam perhelatan Cakrawala Sastra Indonesia.

Karyanya sunting

  • Darah (kumpulan sajak, 1982)
  • Badai (kumpulan sajak, 1984)
  • Akhir (kumpulan sajak, 1986)
  • Khalwat (kumpulan sajak, 1988)
  • Membaca Bahasa Sunyi (kumpulan sajak, 1990)
  • Lukisan Ombak (kumpulan sajak, 1992)
  • Kembali Ziarah (kumpulan sajak, 1996)
  • Daun-Daun Tadarus (kumpulan sajak, 1997)
  • Aku Tandai Tahi Lalatmu (kumpulan sajak, 2003)
  • Ziarah Ayah (kumpulan cerpen, 2003)
  • Menampar Angin (kumpulan sajak, 2003)
  • Bulan Rebah di Meja Diggers (kumpulan cerpen, 2004)
  • Dawai Kembali Berdenting (kumpulan cerpen, 2004)
  • Perempuan Sunyi (kumpulan cerpen, 2004)
  • Kota Cahaya (kumpulan sajak, 2005)
  • Selembut Angin Setajam Ranting (kumpulan cerpen, 2005)
  • Seandainya Kau Jadi Ikan (kumpulan cerpen, 2005)
  • Hanya untuk Satu Nama (kumpulan cerpen, 2005)
  • Salamku pada Malam (kumpulan sajak, 2006)
  • Perahu di Atas Sajadah (kumpulan sajak, 2006)
  • Laut Akhir (kumpulan sajak, 2007)
  • Lelaki yang Membawa Matahari (kumpulan sajak, 2007)
  • Setiap Baris Hujan (kumpulan sajak, 2008)
  • Anjing Dini Hari (kumpulan sajak, 2010)
  • Taman di Bibirmu (kumpulan sajak, 2011)
  • Dongeng Adelia (kumpulan sajak, 2012)
  • Kini Aku Datang, Doa di Depan Kakbah (kumpulan sajak, 2012)
  • Menuju Kota Lama (kumpulan sajak, 2014)
  • Perempuan di Rumah Panggung (kumpulan cerpen, 2014)
  • Pagi Lalu Cinta (kumpulan sajak, 2015)
  • Tumang (kumpulan cerpen, 2015)
  • November Musim Dingin (kumpulan sajak, 2016)
  • Melipat Petang ke Dalam Kain Ibu (kumpulan sajak, 2016)
  • Kita Hanya Pohon (kumpulan sajak, 2016)
  • Kota, Kita, Malam (kumpulan sajak, 2016)
  • Kepada Puisi Beri Aku lagi Cinta dan Anak Kunci di Kepala (kumpulan sajak, 2017)
  • Kau Mau Ajak ke Mana Malam ini? (kumpulan cerpen, 2017)
  • Di Alunalun itu Ada Kalian, Kupukupu, dan Pelangi (kumpulan sajak, 2018)
  • Kepada Para Toewan (kumpulan sajak, 2018)
  • Seseorang Keluar dari Telepon Genggam (kumpulan sajak, 2019)
  • Alamat Rindu Dikutuk Rindu (kumpulan sajak, 2019)
  • Lebak Lebung (kumpulan cerpen, 2019)
  • Kini Aku Sudah Jadi Batu! (kumpulan sajak, 2020; 5 besar buku puisi pilihan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud RI Tahun 2021; diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Seno Kardiansyah, Nov I’ve Become a Stone!, 2021)
  • Tausiyah Ibu (kumpulan sajak, 2020)
  • Belok Kiri Jalan Terus ke Kota Tua (kumpulan sajak, 2020; 5 besar buku puisi pilihan Majalah Tempo tahun 2021)
  • Aku Betina Kau Perempuan (kumpulan cerpen, 2020)
  • Kau Kekasih Aku Kelasi (kumpulan sajak, 2021)
  • Secangkir Kopi di Meja Kedai (kumpulan sajak, 2021)
  • Masih Ada Jalan Lain Menuju Rumahmu (kumpulan sajak 2021; nomine buku puisi HPI tahun 2021)
  • Tersebutlah Kisah Perempuan yang Menyingkap Langit (kumpulan sajak, 2021)
  • Buku Tipis untuk Kematian (kumpulan sajak, 2021)
  • Mendaur Mimpi Puis yang Hilang (kumpulan sajak, 2022)
  • Nuwo Badik, dari Percakapan dan Perjalanan (kumpulan sajak, 2022)
  • Masuk ke Tubuh Anak-anak (kumpulan sajak, 2022)
  • Ketika Aku Pulang (kumpulan sajak, 2022)

Referensi sunting

  • Agus Sri Danardana dkk. 2008. Ensiklopedia Sastra Lampung. Bandar Lampung: Kantor Bahasa Provinsi Lampung.
  • Fitri Angraini. 2019. Dunia Kreatif Isbedy Stiawan ZS. Bandar Lampung: Aura Publishing.