Iket, udheng (Jawa), totopong (Sunda), atau udeng (Bali) adalah penutup kepala dari kain merupakan bagian kelengkapan sehari-hari pria di pulau Jawa dan Bali,[1] sejak masa silam sampai sekitar awal tahun 1900-an dan mulai populer kembali pada tahun 2013. Penggunaan iket bagi pria akil balik pada masa lalu menjadi keharusan karena dipercaya melindungi mereka dari roh-roh jahat, selain untuk fungsi-fungsi praktis seperti wadah /pembungkus, selimut, bantalan untuk mengangkut beban di kepala dsb, sedangkan saat ini lebih diperuntukkan sebagai aksesoris dan upaya melestarikan budaya.[2] Sedangkan penggunaan udeng di Ponorogo yang memiliki bentuk model Udeng terbanyak, sebagai bentuk strata sosial dan kegiatan ritual khusus. Iket Udeng masih dipakai oleh masyarakat Suku Sunda Baduy di Kampung adat Baduy pada kegiatan sehari-hari

Bentuk Udeng Bali

Referensi sunting

  1. ^ Mustika, Indriyana Dwi (2013). "Budaya Jawa sebagai wahana pendidikan moral anak". Citizenship: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan. 2 (1): 4. 
  2. ^ Cara Memakai Iket Gaya Sunda Diarsipkan 2011-10-27 di Wayback Machine.(diakses 31 Oktober 2011).
  • Karakteristik Iket Sunda di Bandung dan Jakarta. Di Universitas Indonesia, pemakaian iket tidak dipakai.