Hud

Nabi dan Rasul dalam Islam

Hud (Arab: هود, translitHūd) adalah seorang tokoh yang disebutkan dalam Al-Qur'an Surah Hud. Dia merupakan seorang rasul yang diutus untuk berdakwah kepada kaum 'Ad awal. Salah satu surah dalam Al-Qur'an, yakni surah kesebelas, dinamakan dengan namanya. Sebagaimana para nabi lain dalam Al-Qur'an, kisah Hud juga sangat menekankan pesan keesaan Allah. Semasa hidupnya Nabi Hud ‘alaihissalam menempati sebuah daerah yang disebut dengan Al-Ahqaf, tepatnya di sebelah utara Hadramaut, berada diantara Yaman dan Oman. Hadramaut adalah sebuah daerah yang sangat indah karena memiliki tanah yang subur. Banyak hasil pertanian yang tumbuh dengan baik dari tanah subur Hadramaut. Selain diyakini sebagai tanah kelahiran Nabi Hud ‘alaihissalam, Hadramaut juga diyakini sebagai daerah dimana Nabi Saleh AS dilahirkan. Bukan hanya menyimpan fakta sebagai tanah kelahiran Nabi Hud ‘alaihissalam dan Nabi Saleh ‘alaihissalam, tetapi Hadramaut juga menyimpan keistimewaan lain yaitu terdapat bangunan suci umat Islam yang disebut dengan Qabr Hud (Makam Hud). Di dekat Qabr Hud terdapat sebuah masjid yang selalu ramai dikunjungi peziarah, terutama pada tanggal 11 Sya’ban[1].

Nabi
Hud
هود

'alaihissalam
Kaligrafi Hadhrat Hud 'alaihis-salam
Makam
Tempat tinggalArab Selatan
Nama lain
PendahuluNuh
PenggantiSaleh
KerabatKaum 'Ad

Ayat sunting

Dan kepada kaum 'Ād (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, "Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (selama ini) kamu hanyalah mengada-ada.

— Qur'an Hud:50

Kisah sunting

Nama Hud disebutkan tujuh kali dalam Al-Qur'an.[a] Kisah Hud dan/atau kaum 'Ad disebutkan dalam Al-Qur'an Surah Al-A'raf (7): 65-72, Hud (11): 50-60, Asy-Syu'ara' (26): 123-140, Fushshilat (41): 15-16, Al-Ahqaf (46): 21-25, Adz-Dzariyat (51): 41-42, An-Najm (53): 50-55, Al-Qamar (54): 18-22, Al-Haqqah (69):6-8, dan Al-Fajr (89): 6-14. Dalam Al-Mu'minun (23): 31-41 dikisahkan mengenai suatu kaum setelah Nuh yang juga mengingkari seruan rasul. Meski tidak dijelaskan mengenai nama kaum dan rasul yang bersangkutan, ayat tersebut ditafsirkan membicarakan Hud dan kaum 'Ad.

Hud merupakan salah satu tokoh yang namanya dijadikan nama surah dalam Al-Qur'an, yakni pada surah kesebelas. Meski demikian, kisahnya hanya menjadi bagian kecil dari keseluruhan bagian surah, yakni dikisahkan dalam sebelas ayat dari keseluruhan 123 ayat dalam surah tersebut[2].

Latar belakang sunting

Al-Qur'an tidak menjelaskan mengenai silsilah Hud, sedangkan silsilahnya menurut beberapa pendapat dari para ulama antara lain:[3]

Menurut pendapat yang masyhur, Hud diutus sebelum masa Ibrahim, meski sebagian ulama menyatakan setelahnya.[4]

Kisah tentang kehidupan dan perjalanan dakwah Nabi Hud ‘alaihissalam sendiri banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an. Nama “Hud” bahkan diabadikan sebagai nama salah satu surat di Al-Qur’an, yakni surat ke-sebelas. Seperti diriwayatkan dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 50 yang menyebutkan tentang Nabi Hud ‘alaihissalam dan kaum ‘Ad. “Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, ‘Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu hanyalah mengada-ada.’” (Q.S. Hud ayat 50). “Wahai kaumku! Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas (Seruanku) ini. Imbalanku hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Tidakkah kamu mengerti?” (Q.S. Hud ayat 51)[5].

Dakwah sunting

Disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa kaum 'Ad merupakan penguasa di bumi pengganti kaum Nuh.[6] Kaum 'Ad memiliki bangunan-bangunan yang tinggi,[7] juga membangun istana-istana yang megah dan benteng-benteng.[8] Mereka memiliki perawakan dan tubuh yang kuat,[6] dikenal suka menyiksa dengan bengis,[9] dan disebut menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang dan durhaka.[10] Ibnu Katsir menyatakan bahwa kaum 'Ad adalah kaum pertama yang menyembah berhala setelah banjir besar zaman Nuh. Mereka menyembah berhala yang diberi nama Shamad, Shamud, dan Huran.[11]

 
Hud dan kaum 'Ad. Salah satu koleksi iluminasi dari manuskrip Qishash al-Anbiya'.

Hud menyeru kaum 'Ad agar bertakwa kepada Allah.[12] Dia juga menegaskan tidak meminta imbalan pada mereka atas dakwahnya.[13][14] Hud mengingatkan mereka akan nikmat Allah yang dikaruniakan kepada mereka, seperti binatang-binatang ternak, keturunan, kebun-kebun, dan mata air.[15]

Meski demikian, banyak dari anggota kaum 'Ad yang tidak mengikuti seruan Hud dan tidak mau meninggalkan berhala-berhala yang telah disembah sejak moyang mereka.[16] Mereka berdalih bahwa kepercayaan mereka sudah menjadi tradisi turun-temurun.[17]

Di sisi lain, kaum 'Ad meragukan Hud lantaran dia seorang manusia biasa seperti mereka,[6] juga karena tidak menunjukkan mukjizat.[18] Bahkan mereka mengatakan Hud sebagai pendusta, kurang waras,[19] dan terkena penyakit gila yang diberikan oleh sebagian berhala mereka.[20] Lebih jauh, mereka juga menantang agar Hud segera mendatangkan azab yang dia ancamkan.[16]

Mendapat penentangan kaumnya, Hud menantang balik agar tipu daya yang mereka rancang untuk menyakitinya segera dilaksanakan saja tanpa ditunda lagi.[21] Setelah upayanya dalam mendakwahi kaum 'Ad sekian lama, Hud kemudian memasrahkan sikap mereka kepada Allah.

"Maka jika kamu berpaling, maka sungguh aku (Hud) telah menyampaikan kepadamu hal yang menjadi tugasku sebagai rasul kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti kamu dengan kaum yang lain, sedang kamu tidak dapat mendatangkan mudarat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pemelihara segala sesuatu."

— Hud (11): 57

Kebinasaan sunting

Setelah sekian lama berdakwah, akhirnya kaum 'Ad ditimpa azab sebagaimana yang diancamkan oleh Hud. Hud sendiri selamat beserta pengikutnya yang beriman.[22]

Al-Qur'an menjelaskan bahwa kaum 'Ad binasa karena terkena angin dingin yang sangat kencang yang berlangsung selama tujuh malam delapan hari. Mereka mati bergelimpangan dan diibaratkan sebagai tunggul pohon kurma yang telah lapuk.[23] Disebutkan pula bahwa angin tersebut menjadikan benda-benda yang dilewatinya seperti serbuk.[24]

Al-Qur'an tidak menjelaskan mengenai kehidupan Hud setelah kehancuran kaum 'Ad atau usianya, tetapi sebagian sumber menyatakan bahwa dia wafat pada usia 150 tahun.[25]

Didalam al-Qur‟an banyak dikisahkan kaum terdahulu, sebagian dari mereka ada yang sudah musnah. Namun begitu, penuturan kisah kisah kaum terdahulu bukan sekedar untuk mengungkapkan dimensi kesejarahannya, akan tetapi untuk dijadikan ibrah (peringatan atau pelajaran) bagi umat-umat setelahnya. Namun, hal penting yang perlu diungkap di balik kehancuran kaum itu disebabkan oleh Budaya kezaliman yang sudah membudaya. Hal itu bukan berarti setiap penduduk melakukan kezaliman, tetapi pada mulanya dilakukan oleh sebagian saja. Hanya saja, yang sebagian itu menjadi kelompok dominan di masyarakat. Kelompok inilah yang berpotensi menciptakan budaya-budaya buruk yang membudaya di tengah masyarakat.

Al-Qur‟an telah menceritakan kebinasaan dan kenistaan kaum pendurhaka dahulu, seperti kaum Nabi Nuh, kaum Nabi Hud („Ad), kaum Nabi Saleh (Samud), kaum Nabi Lut, kaum Nabi Syu‟aib (Madyan dan Ashab al-Aykah), “ashab al ukhdud”, bangsa Iram, bangsa Saba‟ dan lain sebagainya. mereka mendapatkan siksaan dari Allah atas semua kedurhakaan yang telah mereka lakukan dengan berbagai macam siksaan. Ada yang berupa banjir bah (kaumnya Nabi Nuh), tenggelam di lautan (fir‟aun), tertelan dibumi (Qarun), goncangan yang dahsyat, angin yang sangat dingin (kaum „Ad), bumi dijungkir balikkan. Semua itu menjadi pelajaran sejarah bagi umat islam dan manusia pada umumnya.

Menurut M. Quraish shihab, ”Apabila penguasa suatu negeri hidup berfoya-foya, maka hal tersebut menjadikan mereka melupakan tugas-tugasnya serta mengabaikan hak-hak orang lain, membiarkan mereka hidup miskin inilah yang mengundang kecemburuan sosial, sehingga merenggangkan hubungan masyarakat dan mengakibatkan timbulnya perselisihan dan pertikaian yang melemahkan sendi-sendi bangunan masyarakat, yang pada giliranya meruntuhkan sistem yang diterapkan oleh penguasa-penguasa tersebut. Ketika itulah akan runtuh dan hancur masyarakat atau negeri tersebut[26]

Kedudukan sunting

Hud termasuk salah satu nabi dan rasul dalam Islam. Sebagaimana para rasul yang lain, Hud menyerukan agar kaumnya mengesakan Allah dan meninggalkan berbagai sesembahan yang lain. Dia juga merupakan satu dari empat nabi yang berasal dari bangsa Arab.[27] Ada yang berpendapat bahwa Hud adalah nabi yang pertama kali berbahasa Arab. Pendapat lain menyatakan bahwa ayah Hud adalah orang yang pertama kali berbahasa Arab. Ada juga yang berpendapat bahwa orang yang pertama kali berbahasa Arab adalah Nuh atau Adam.[28]

Kaum 'Ad sunting

Kaum 'Ad adalah suku Arab kuno yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Para ulama menyebutkan bahwa ada dua Kaum 'Ad: 'Ad awal atau pertama dan 'Ad kedua atau terakhir. Kaum 'Ad awal memiliki ibukota yang bernama Iram dan mereka tinggal di kawasan Arab selatan, antara Amman dan Hadramaut.[3] Kaum 'Ad kedua hidup setelah 'Ad awal musnah. Nabi Hud berdakwah pada kaum 'Ad awal.

Terkait kisah dalam Al-Qur'an, Ibnu Katsir menyatakan bahwa kaum 'Ad yang diceritakan dalam surah Al-Ahqaf adalah kaum 'Ad yang kedua. Mereka dibinasakan dengan angin panas setelah sebelumnya mengalami kekeringan. Kaum 'Ad yang disebut di surah lain mengacu pada kaum 'Ad awal.[29]

Padanan sunting

Sebagian pihak memandang bahwa Hud adalah orang yang sama dengan tokoh Alkitab bernama Eber, cicit dari Sem bin Nuh. Ada juga yang menyatakan bahwa Hud adalah putra Eber.[30] Meski demikian, tidak ada landasan kuat yang mendukung pendapat tersebut.

Hud dalam agama lain sunting

Yudaisme dan Kristen tidak memuliakan Hud sebagai seorang nabi dan, sebagai seorang tokoh, dia absen dari Alkitab. Namun, ada beberapa referensi pra-Quran dalam prasasti Palmyrene untuk individu bernama Hud atau memiliki nama yang terhubung dengan Hud serta referensi kepada orang-orang.[31] Nama Hud juga muncul dalam berbagai prasasti kuno, paling umum di wilayah Hadhramaut. Hud disebut dalam Iman Baha'i sebagai Nabi yang muncul setelah Nuh dan sebelum Ibrahim, yang menasihati orang-orang untuk meninggalkan penyembahan berhala dan mempraktikkan tauhid. Upaya-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya mengakibatkan "kebutaan yang disengaja" dan penolakan-Nya. (Kitab-i-Iqan, Kitab Kepastian, hal. 9)[32]

Makam sunting

Terdapat beberapa tempat yang diyakini sebagai makam Hud. Situs yang paling terkenal, Qabr Nabi Hud, terletak di desa telantar di kawasan Hadramaut, sekitar 140 km di utara Kota Mukalla.[25] Di sekitar makam, ditemukan beberapa prasasti dan reruntuhan kuno.[33] 'Ali bin Abu Thalib menyatakan bahwa makam Hud ada di daerah Yaman.[29] Sebagian lain menyatakan bahwa makamnya berada di dekat sumur Zamzam.[34]:86/98 Pendapat lain menyatakan bahwa makam Hud terletak di dinding selatan Masjid Agung Umayyah di Damaskus.[29][34]:15/38

Lihat pula sunting

Catatan sunting

  1. ^ Dalam Al-Qur'an, nama Hud disebutkan tujuh kali, yakni pada surah:
    1. Al-A'raf (7): 65
    2. Hud (11): 50, 53, 58, 60, 89
    3. Asy-Syu'ara' (26): 124

Rujukan sunting

  1. ^ https://pekanbaru.tribunnews.com/2022/10/07/kisah-nabi-hud-dalam-kisah-25-nabi-dakwah-dan-hukuman-untuk-kaum-ad?page=2
  2. ^ https://rasindogroup.com/kisah-dakwah-nabi-hud/
  3. ^ a b Ibnu Katsir 2014, hlm. 135.
  4. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 387.
  5. ^ https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5530900/kisah-nabi-hud-as-nabi-keturunan-arab-dan-binasanya-kaum-aad
  6. ^ a b c Al-A'raf (7): 69
  7. ^ Al-Fajr (89): 7
  8. ^ Asy-Syu'ara' (26): 128-129
  9. ^ Asy-Syu'ara' (26): 130
  10. ^ Hud (11): 59
  11. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 136-137.
  12. ^ Asy-Syu'ara' (26): 126
  13. ^ Hud (11): 51
  14. ^ Asy-Syu'ara' (26): 127
  15. ^ Asy-Syu'ara' (26): 133-134
  16. ^ a b Al-A'raf (7): 70
  17. ^ Asy-Syu'ara' (26): 137
  18. ^ Hud (11): 53
  19. ^ Al-A'raf (7): 66
  20. ^ Hud (11): 54
  21. ^ Hud (11): 55
  22. ^ Al-A'raf (7): 72
  23. ^ Al-Haqqah (69): 6-8
  24. ^ Adz-Dzariyat (51): 41-42
  25. ^ a b Wensinck, A.J.; Pellat, Ch. (1960–2007). "Hūd". Dalam Bearman, P.; Bianquis, Th.; Bosworth, C.E.; van Donzel, E.; Heinrichs, W.P. Encyclopaedia of Islam (edisi ke-2nd). Brill. hlm. 537. doi:10.1163/1573-3912_islam_SIM_2920. ISBN 9789004161214. Diarsipkan dari versi asli Parameter |archive-url= membutuhkan |url= (bantuan) tanggal 2015-04-23. 
  26. ^ https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/421/1/SKRIPSI%20Afif%20Abdullah.pdf
  27. ^ Shahih Ibnu Hibban no. 361
  28. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 136.
  29. ^ a b c Ibnu Katsir 2014, hlm. 161.
  30. ^ Wensinck, A. J., “Hūd”, in: Encyclopaedia of Islam, First Edition (1913-1936), Edited by M. Th. Houtsma, T.W. Arnold, R. Basset, R. Hartmann.
  31. ^ Noegel, Scott B. (2010). The A to Z of prophets in Islam and Judaism. Brannon M. Wheeler, Scott B. Noegel. Lanham: Scarecrow Press. ISBN 0-8108-7603-5. OCLC 607613452. 
  32. ^ Baháʼuʼlláh (2007). The Kitab-i-Iqan = Book of certitude. [United States]: Forgotten Books. ISBN 978-1-60506-093-4. OCLC 635980977. 
  33. ^ van der Meulen, Daniel; von Wissmann, Hermann (1964). Hadramaut: Some of its mysteries unveiled. Publication of the De Goeje Fund no. 9. (edisi ke-1st). Leiden: E.J. Brill. ISBN 978-90-04-00708-6. 
  34. ^ a b Ali ibn abi bakr al-Harawi. Kitab al-Isharat ila Ma rifat al-Ziyarat [Book of indications to make known the places of visitations]. 

Daftar pustaka sunting

Pranala luar sunting