Henri Cartier-Bresson

Henri Cartier-Bresson (22 Agustus 1908 – 3 Agustus 2004) adalah seorang fotografer Prancis yang dianggap sebagai pionir dari fotojurnalisme modern. Henri merupakan pionir penggunaan format 35mm di lapangan. Henri mengembangkan apa yang kemudian disebut "fotografi jalanan", yang memadukan elemen-elemen fotojurnalisme, foto-dokumentasi, dan pendekatan artistik lainnya.

Henri Cartier-Bresson
Potret Henri Cartier-Bresson
Lahir(1908-08-22)22 Agustus 1908
Seine et-Marne, Prancis
Meninggal3 Agustus 2004(2004-08-03) (umur 95)
Provence, Prancis
PekerjaanFotojurnalis, pelukis

Masa Kecil sunting

Henri lahir di Chanteloup-en-Brie, Seine-et-Marne, Prancis, dan merupakan anak sulung dari lima bersaudara. Bapaknya adalah seorang saudagar tekstil yang berada. Keluarga dari sisi ibunya adalah saudagar kapas dan tuan tanah di daerah Normandy, dimana dia menghabiskan masa kecilnya. Keluarga Henri sendiri tinggal di daerah elite di Paris.

Masa Muda Henri sunting

Louis, paman Henri pada tahun 1913 memperkenalkan seni lukis kepadanya sesudah Henri gagal dalam mempelajari musik. Pengalaman tersebut membekas sangat mendalam pada diri Henri.

Pada tahun 1927, Henri yang berumur 19 mulai belajar di Lhote Academy tidak jauh dari Paris, yang digawangi oleh André Lhote. André Lhote adalah seorang pelukis dan perupa beraliran Cubist, yang dimana sangat terobsesi dengan susunan geometri. Dari pengalaman ini, Henri memandang André Lhote sebagai gurunya dalam hal "memotret tanpa kamera".

Dalam masa-masa ini meskipun Henri merasa terkungkung oleh metode di Lhote Academy yang sangat formal dan kaku, apa yang dia pelajari ternyata kelak sangat membantu dia dalam memecahkan aspek artistik dalam komposisi karya fotonya.

Dari Paris kemudian Henri melanjutkan pendidikan ke Universitas Cambridge dimana dia mempelajari sastra dan seni lukis.

Pengalaman di Fotografi sunting

Sedari remaja, Henri mulai bereksperimen dengan kamera Brownie dan kemudian sekitar tahun 1930 berlanjut ke view camera format 3x4 inci. Pada tahun 1930 Henri pergi ke Pantai Gading, Afrika, dan tinggal disana untuk beberapa waktu dengan tujuan memotret kehidupan disana. Di Afrika Henri terjangkit penyakit malaria yang mengharuskan dia kembali ke Eropa pada tahun 1931. Bertepatan pada masa rehat Henri di Marseille adalah awal pengembangan kamera rangefinder format 35mm. Henri menemukan bahwa kamera jenis baru ini cocok dengan apa yang dia mau lakukan. Pada tahun 1932 Henri membeli Leica pertama dia yaitu Leica I rangefinder dengan lensa 50mm. Menurut Henri, kamera Leica barunya menjelma menjadi jendela bagi dia untuk merekam kejadian-kejadian.

Dengan kamera Leica, Henri melanglang Eropa dan memotret orang-orang dalam kehidupan mereka. Pada tahun 1939, seiring mulainya Perang Dunia II, Henri mendaftar ke Unit Media Angkatan Bersenjata Prancis. Pada tahun 1940 Henri tertangkap oleh tentara Jerman dan menjadi tawanan perang namun kemudian berhasil melarikan diri sesudah mencoba tiga kali. Sesudah berhasil lolos dari sekapan tentara Nazi, Henri kemudian membantu kaum resistan di Prancis dalam perjuangan mereka melawan rezim Nazi.

Pada tahun 1947, Henri bersama dengan Robert Capa (alias Endré Friedmann), David Seymour (alias David Szymin alias Chim), dan George Rodger, membentuk agen reportase Magnum Photo. Magnum Photo yang merupakan ide Robert Capa kelak berkembang menjadi salah satu agen reportase termutakhir pada jamannya. Area kerja anggota Magnum Photo dibagi sesuai dengan kelebihan masing-masing anggota. David Seymour yang mahir beberapa bahasa Eropa bertugas di zona Eropa. George Rodger, yang merupakan reporter majalah Life pada masa Perang Dunia II menangani zona Afrika dan Timur Tengah. Henri menangani zona Asia Selatan (India dan Pakistan), Asia Timur (China, Jepang, Uni Soviet pada zaman itu) dan Asia Tenggara (Indonesia dan Burma). Robert Capa sendiri ditugaskan dimana dia dibutuhkan.

Salah satu liputan penting oleh Henri dalam masa tugas di India adalah kematian Mahatma Gandhi. Sehari sebelum Mahatma Gandhi mati ditembak, dia menerima kunjungan Henri. Dalam kesempatan tersebut Henri menunjukkan beberapa potret dan Gandhi memperhatikan potret Paul Claudel, seorang sastrawan, dan mengartikan foto tersebut sebagai kematian. Henri juga berteman dekat dengan Indira Gandhi, putri dari Mahatma Gandhi.

Metode Fotografi Henri sunting

Supaya orang-orang yang dia potret tidak terganggu atau tidak sadar bahwa mereka sedang dipotret maka Henri mencat hitam bagian-bagian kamera Leica dia yang berwarna perak. Seringkali dia membungkus kameranya dengan saputangan supaya orang-orang tidak sadar bahwa dia membawa kamera.

Seringkali dalam tugas, Henri akan berjalan kaki meliputi suatu daerah dimana orang-orang banyak berkumpul. Henri adalah ahli dalam hal membaur dengan lingkungan sekitarnya sehingga kehadiran dia sering kali tidak disadari atau diperhatikan oleh orang-orang disekitarnya.

Bagi Henri, teknik fotografi bukanlah hal paling penting bagi dia, yang terpenting adalah orang-orang yang dia foto dan apa yang mereka lakukan dalam keseharian. Dia menggunakan teknik zone focusing dimana lensa pada kamera dia di pre-fokus pada jarak tertentu, dan penggunaan aperture f/5.6-8 untuk memberikan Depth of Field yang memadai. Kebetulan memang kamera Leica generasi awal seperti yang dipakai Henri menggunakan sistem scale focus, viewfinder pada kamera hanya bisa berfungsi buat komposisi. Dengan begitu Henri bisa berkonsentrasi pada komposisi subjek dan bisa merampungkan suatu potret dalam waktu sangat singkat.

Satu konsep fotografi yang dipelopori Henri adalah Decisive Moment atau Momen Kulminasi. Momen Kulminasi didefinisikan Henri sebagai suatu momen dimana semua elemen berada pada titik klimaks sinergis untuk membentuk suatu narasi dari foto tersebut.

Kamera lain yang digunakan Henri selain Leica adalah Contax. Pada dasarnya pilihan kamera Henri berkisar kamera yang kecil dan memungkinkan dia bekerja dengan cepat, tidak menarik perhatian orang-orang disekitar, dan tidak menggangu subjek yang dipotret.

Kehidupan Pernikahan Henri sunting

Sebelum Perang Dunia ke II Henri menjalin hubungan dengan Caresse Crosby, dengan sepengetahuan suaminya Harry Crosby, seorang Amerika yang menghabiskan hidupnya di Prancis untuk berfoya-foya. Harry sendiri adalah pewaris dari salah satu keluarga bankir kaya di Boston.

Selepas dari hubungan tersebut Henri menikah dengan Ratna Mohini (lahir 1904 Batavia/Jakarta - meninggal 1988 Paris). Ratna adalah seorang penari Jawa, lahir dengan nama aslinya Carolina Jeanne de Souza-Ijke. Mereka menikah pada tahun 1937 dan kemudian bercerai pada tahun 1967. Henri kemudian menikah dengan seorang fotografer, Martine Franck pada tahun 1970. Martine Franck sendiri adalah salah satu pengurus di Magnum Photo.

Arti Seorang Fotografer sunting

Beberapa hal yang sering disinggung Henri dalam rekaman interview yang berjudul L'amour tout court, 2001 (Kasih yang murni) adalah manusia dan kehidupan keseharian mereka. Bagi Henri, dia bukanlah seorang fotografer yang menciptakan potret namun dia lebih sebagai agen reseptif yang merekam setiap kejadian penting di hadapan dia.

Pranala luar sunting