Grafologi

sains semu yang mempelajari tulisan tangan

Grafologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang tulisan. Grafologi berasal dari bahasa Yunani grapho yang berarti menulis dan logos yang berarti ilmu.[1] Ada dua jenis grafologi, yakni grafologi yang bernaung di bawah psikologi[2][3] dan grafologi yang ada dalam bidang linguistik.[4] Dalam psikologi, grafologi adalah tentang analisis pola tulisan tangan yang dapat mengidentifikasi kondisi psikologis maupun karakter dari seseorang.[2] Secara umum, grafologi dikategorikan sebagai ilmu semu.[5][6][7]

Tulisan tangan yang digunakan dalam analisis grafologi, yang diduga menunjukkan perilaku gegabah dan ketidakseriusan pemilik tulisan

Pengetahuan tentang tulisan tangan untuk menilai kepribadian seseorang telah dilakukan oleh Confucius dan Kaisar Nero.[8] Tulisan sistematis yang bersifat umum tentang tulisan tangan pertama kali dibuat oleh Johann Kaspar Lavater. Jean Hyppolite Michon yang pertama kali membuat katalog dengan tanda grafis yang lebih teratur sekaligus orang yang pertama kali memberikan istilah grafologi.[9][10]

Pola penulisan yang dinilai di dalam grafologi meliputi margin atau jarak pinggiran tulisan, spasi, garis dasar penulisan, ukuran, tekanan, zona penulisan, kemiringan, gaya penulisan, dan kecepatan tulisan. Unsur tambahan yang juga merupakan penilaian adalah penulisan huruf kapital, coretan awal dan akhir, tanda tangan, serta penulisan titik pada huruf i serta baris pada huruf t.[11][12]

Meskipun grafologi dianggap memiliki dampak dalam evaluasi kepribadian oleh para pendukungnya, tetapi secara empiris tidak dapat dibuktikan keabsahannya.[3][13]

Definisi sunting

Grafologi berasal dari kata grapho- (Yunani: γραφή, Indonesia: menulis) dan logos (Yunani: λόγος, Indonesia: kata).[1] Grafologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian seseorang lewat tulisan tangannya. Pemilik ilmu ini percaya bahwa setiap goresan, spasi, hingga susunan tulisan menunjukkan ciri tertentu yang jika dikumpulkan akan bisa menunjukkan identitas maupun kepribadian seseorang.[14][15]

Sejarah sunting

Buku tentang tulisan tangan pertama kali ditulis oleh Camillo Baldi, seorang doktor berkebangsaan Italia dari Bologna, pada tahun 1622 berjudul How to Recognise from a Letter the Nature and Quality of a Writer. Namun, penggunaan tulisan untuk menilai seseorang sudah dilakukan oleh Confucius pada tahun 500 sebelum masehi, dengan mengatakan bahwa tulisan tangan dapat secara sempurna menunjukkan apakah itu datang dari seseorang yang cerdas atau seseorang yang terbuka. Pengetahuan tentang tulisan tangan juga digunakan oleh Kaisar Nero untuk menentukan orang kepercayaannya.[8][16]

Pada tahun 1741-1801, Johann Kaspar Lavater, seorang pastor asal Swiss, membuat laporan tentang tulisan tangan yang lebih sistematis, tetapi bersifat umum. Laporan Lavater ini dikembangkan lebih lanjut oleh Louis Hocquart, Kardinal Regnier, Uskup Agung Cambrai, dan Uskup Boudinet. Oleh Abbe Jean Hyppolite Michon, seorang arkeolog dan pendeta berkebangsaan Prancis, laporan-laporan yang telah ada sebelumnya dihimpun ke dalam satu katalog dengan tanda-tanda grafis yang lebih teratur. Michon jugalah yang memberikan istilah grafologi untuk pertama kalinya pada 18 November 1871 di dalam jurnal berjudul "La Graphologie".[9][10]

 
Jean-Hippolyte Michon

Michon mempelajari ribuan tulisan tangan orang dengan karakter yang telah dia ketahui. Hal itulah yang membawanya pada kesimpulan bahwa orang-orang dengan karakteristik tulisan yang sama juga memiliki kepribadian yang mirip satu sama lain. Meskipun demikian, Michon menyebutkan grafologi sebagai satu bentuk seni.[17][18]

Jules Crepieu-Jamin mengembangkan sistem tanda-tanda dominan di dalam tulisan yang lebih baik daripada Michon. Crepieu-Jamin membagi unsur penulisan ke dalam 7 elemen yaitu: kecepatan, tekanan, bentuk, dimensi, kontinuitas, arah, dan kerapian tulisan.[19]

Dua tokoh kunci untuk perkembangan grafologi adalah Dr. Georg Meyer dan Dr. Ludwig Klages. Mereka berdua adalah kontributor untuk Hans Busse yang menerjemahkan tulisan Crepieu-Jamin. Klages adalah orang pertama yang mengidentifikasi bahwa tulisan tangan kemungkinan merupakan refleksi kepribadian seseorang dan membuat pendekatan secara sistematis.[10][20]

Max Pulver (1889-1956), seorang grafologis dari Universitas Zurich, Swiss, menerbitkan tiga buku tentang grafologi dan merupakan tokoh pertama yang mengenalkan psikonalisis tulisan tangan. Pulver juga mengenalkan tiga dimensi tulisan tangan yaitu vertikal, horizontal, dan kedalamannya. Selain Pulver, Robert Saudek, grafologis dari Ceko, mengembangkan tulisan Klages dan menerbitkan buku The Psychology of Handwriting.[21][22]

Seorang profesor bidang fisiologi dari Jerman, William Preyer, menyebutkan bahwa proses menulis merupakan kerja otak, oleh karena itu dia menyebutnya sebagai "brain writing".[8]

Francis Hilliger, murid Dr. Eric Singer yang merupakan grafologis dari Austria, mendirikan British Institute of Graphology (BIG) pada tahun 1983. Sistem Hilliger kemudian digunakan sebagai dasar yang dipakai di BIG.[8][23]

Pola penulisan sunting

Margin atau jarak pinggiran tulisan sunting

Margin dalam grafologi menggambarkan bagaimana pikiran bawah sadar mengontrol diri dan kehidupan.[24]

Margin kiri dan kanan ideal. Margin yang ideal adalah margin kiri lebih lebar dibandingkan margin kanan. Orang yang menulis dengan margin ideal dihasilkan oleh orang-orang yang nyaman dengan aturan sosial, selalu memulai tugas dengan perencanaan yang baik, mengetahui batas-batas kemampuannya, dan mudah menyesuaikan diri. Pemilik tulisan ini nyaman dengan dirinya sendiri dan orang lain.[25][26]

Margin rata di semua sisi. Pemilik tulisannya adalah orang yang terkontrol, rapi, sangat terencana, mengutamakan tampilan dalam melakukan pekerjaannya, dan terobsesi dengan pendapat dan pengakuan orang lain baik tentang dirinya maupun tentang pekerjaannya.[26][27]

Margin kiri sangat lebar. Daerah pinggir kiri diasosiasikan dengan masa lalu. Margin kiri yang terlalu lebar menunjukkan masa lalu yang kurang baik dan tidak ingin diingat kembali.[28]

Margin kanan sangat lebar. Daerah pinggir kanan diasosiasikan dengan masa depan. Penulisnya ragu-ragu untuk menghadapi masa depan.[26]

Tidak ada margin. Pemilik tulisan sangat efisien dengan memanfaatkan semua ruang yang tersedia, memiliki tuntutan berlebih untuk bertanggung jawab dan melakukan segala hal dengan sempurna. Hal tersebut membuat pemiliknya memiliki sifat perfeksionis dan tidak toleran terhadap kesalahan.[26]

Margin kiri dan kanan dilanggar. Hal ini terlihat pada kertas yang diberi garis tepi. Pemilik tulisannya memiliki karakter tidak menyukai tatanan, aturan, dan keterbatasan.[26]

Margin lebar di empat sisi. Pemilik tulisannya lebih menyukai hidup menyendiri dan mengisolasi diri dari orang lain sehingga terkadang dicap sombong.[26][29]

Spasi sunting

Spasi huruf. Jarak antara satu huruf dengan huruf yang lain menggambarkan besarnya kepercayaan pemilik tulisan terhadap orang lain. Makin besar jaraknya, makin kecil kepercayaannya. Jarak spasi yang dekat juga menunjukkan interaksi sosial yang baik.[30][31]

Spasi kata. Jarak antarkata yang seragam menunjukkan kepribadian yang seimbang dan kepercayaan diri yang tinggi.[32][33]

Garis dasar penulisan sunting

Garis dasar lurus. Orang yang menulis dengan gaya ini cenderung mengatur dan menyiapkan dirinya saat berhadapan dengan orang lain karena menulis dengan garis lurus membutuhkan konsentrasi yang tinggi dan energi yang besar. Mereka sangat terkontrol, mengikuti aturan, dan diplomatis, hidupnya terjadwal dan teratur.[34]

Garis dasar super lurus. Tulisan seperti ini terlihat seolah-olah ada penggaris di bawah tulisan. Hal ini menunjukkan upaya pemilik tulisan untuk menutup rapat-rapat kelemahannya. Baik itu ketidakmampuannya untuk melakukan satu hal dengan baik atau ketidakyakinannya atas hasil yang akan dicapai.[35]

Garis dasar menaik. Sebanyak 90% orang dengan tipe tulisan ini memiliki keberhasilan dalam hidupnya. Garis penulisan ini menunjukkan optimisme, berpikir positif, aktif, dan selalu mengejar cita-citanya.[36]

Garis dasar menurun. Pemilik tulisan ini cenderung melihat segala sesuatu dari sisi buruk dan masalahnya saja, merasa sinis dengan kehidupan, selalu merasa menjadi korban keadaan, dan selalu kecewa. Bagi mereka hidup selalu sulit dan berakhir tidak bahagia.[37]

Garis dasar cembung. Ujung tulisan yang mengarah ke bawah menunjukkan dirinya sebagai seseorang yang mudah menyerah. Pemilik tulisan ini di awal-awal sangat bersemangat sehingga membuat mereka tampak antusias dan berpikir positif, tetapi dengan mudah kehilangan semangatnya sebelum tujuan tercapai.[38]

Garis dasar cekung. Seseorang dengan pola tulisan ini menunjukkan perasaan tertekan. Mereka dengan mudah merasa lelah dan kehilangan minat saat melakukan sesuatu. Golongan ini selalu membutuhkan orang lain untuk mendampinginya bangkit dari keterpurukan.[39]

Garis dasar yang naik turun. Semangat pemilik tulisan ini naik turun seperti tulisannya, pengendalian dirinya jelek, kondisi emosi tidak stabil, dan temperamental.[40]

Ukuran sunting

Tulisan yang kecil menandakan seseorang yang bersifat sederhana, konsentrasi yang tajam, dan memperhatikan detail. Kelemahannya adalah tidak terlalu percaya diri dan sangat perhitungan untuk urusan materi. Tulisan yang besar menunjukkan tingginya kreatifitas, memiliki kebanggaan diri, berani, dominan, dan sangat percaya diri. Kelemahannya adalah arogan, kurang disiplin, dan kurang memperhatikan orang lain.[41][42]

Tekanan sunting

Tekanan ringan. Pemilik tulisannya lebih menyukai menunggu daripada bersikap agresif.[43]

Tekanan sedang. Pemilik tulisannya mampu mengelola emosi dengan baik dan tidak memendam kemarahan.[43]

Tekanan berat. Pemilik tulisan ini adalah orang yang tegas, sering menonjolkan diri, mempunyai kemauan kuat untuk meraih cita-citanya sehingga terkadang memaksakan kehendaknya kepada orang lain, dan mudah marah.[43]

Tekanan sangat berat. Jenis tulisan ini dapat diraba di bagian belakang kertas yang timbul karena tekanan. Pemilik tulisan ini dianggap kaku, tidak mampu mengendalikan kemarahan dan mengelola emosinya serta memiliki potensi kekerasan dan kekejaman.[44][43]

Kemiringan sunting

Kemiringan huruf menggambarkan emosi dan kepribadian. Tulisan tegak menunjukkan tipe orang yang praktis, tidak emosional, dan memiliki kemampuan menyembunyikan masalahnya dari orang lain. Tulisan yang miring ke kanan menunjukkan interaksi sosial yang bagus dan lebih terbuka untuk mengungkapkan perasaan dan emosi. Tulisan yang miring ke kiri merupakan pertanda sifat egois. Tulisan dengan kemiringan yang tidak jelas menunjukkan ketidakstabilan emosi dan kemungkinan penulisnya sedang mengalami depresi.[45][46]

Gaya penulisan sunting

Secara umum terdapat dua gaya penulisan, tulisan latin dan tulisan cetak/balok. Tulisan latin setiap hurufnya saling berhubungan (bersambung) sedangkan tulisan cetak masing-masing hurufnya terpisah. Syarat minimal untuk tulisan latin adalah ada lima huruf yang terhubung satu sama lain (tidak termasuk kata yang jumlah hurufnya kurang dari lima).[47]

Tulisan cetak menggambarkan seseorang yang memiliki ide, imajinasi, dan visi. Pemiliknya juga berpikir kritis, memiliki inisiatif, mudah memahami satu hal, dan berterus terang. Kelemahannya adalah keras kepala, kurang bersosialisasi, egosentris, gelisah, dan kurang mampu berpikir kritis.[48]

Tulisan latin menggambarkan seseorang yang sistematis, terencana, logis, dan realistis. Kelemahannya adalah kurang mandiri, berpikir sempit, dan kurang menarik perhatian.[49][50] Tulisan ini memiliki empat bentuk yaitu:

  • Bentuk arcade. Tulisan dengan bentuk huruf bulat dan melingkar pada bagian atas. Pemilik tulisan ini memiliki karakter loyal, independen, perhatian, dapat dipercaya, tetapi mereka teguh dalam menyembunyikan sesuatu (baik atau buruk).
  • Bentuk Garland. Tulisan dengan bentuk huruf tidak terlalu bulat dan tidak terlalu tajam. Pemiliknya mudah bersosialisasi, ramah, lebih suka menjadi pengikut, mudah terpengaruh, penolong, dan senang terlibat dalam banyak hal.
  • Bentuk angular. Tulisan dengan bentuk tajam. Pemiliknya tegas, agresif, ambisius, egois, dan mampu memengaruhi orang lain.
  • Bentuk thread. Tulisan dengan huruf yang menyerupai benang atau tali yang terurai. Pemiliknya adalah orang yang sigap, mudah menyesuaikan diri, sulit dipahami, kurang sabar, dan dalam diskusi hanya memberikan tanggapan, tetapi tidak menyumbangkan ide.[50][51]

Kecepatan sunting

Menulis cepat. Sebagian besar tulisan cepat biasanya sulit untuk dibaca oleh orang lain karena huruf yang dihasilkan kurang sempurna dan ada dua huruf berbeda yang terlihat sama seperti huruf a dan o. Sering kali huruf tulisan cepat mengambil ruang yang lebih banyak dibandingkan tulisan biasa dan terlihat tidak rapi. Jenis tulisan ini biasanya dimiliki oleh orang yang bertindak sebelum berpikir, cerdas, berpikir cepat, cekatan, energik, ambisius, mampu beradaptasi dengan cepat, tetapi mudah gelisah, tidak sabaran, mudah bosan, dan terburu-buru. Tulisan cepat yang dihasilkan dalam kondisi yang mengharuskan penulis melakukannya seperti dalam rapat, tidak masuk kategori untuk dianalisis.[52][53]

Menulis lambat. Ciri-ciri tulisan lambat adalah terlihat rapi, mudah dibaca, dan setiap hurufnya tidak ada yang menyerupai huruf yang lain. Pemilik tulisan ini penuh perhitungan, berhati-hati, bijaksana, tenang. Kelemahannya adalah ragu-ragu, kurang aktif, malas, serta membosankan.[54][55]

Zona penulisan sunting

Tulisan terbagi atas tiga zona yaitu zona atas (upper), tengah (middle), dan bawah (lower). Zona atas terlihat jelas di huruf b, d, f, h, k, l, dan t. Zona bawah terlihat jelas pada huruf g, j, p, q, dan y. Huruf a, c, e, i, m, n, o, r, s, u, v, w, x, dan z. Sedangkan huruf f adalah huruf yang mewakili ketiga zona yang ada.[56]

Zona atas. Zona ini menunjukkan imajinasi, intelektual, kreativitas, spiritual, dan masa depan. Tulisan yang dominan dengan zona atas adalah seseorang yang memiliki imajinasi yang besar, idealis, dan antusias. Nilai spiritual pemiliknya tinggi, tetapi bersikap kurang realistis. Mereka berpikir panjang dengan segala perencanaan sebelum mulai melakukan satu hal.[57][58]

Zona tengah. Zona ini menunjukkan kehidupan sosial, perhatian pemiliknya terhadap kejadian sehari-hari, dan emosi. Tulisan yang dominan dengan zona tengah paling bayak dimiliki oleh anak-anak. Pemikiran mereka masih belum dewasa dengan ego yang besar. Pemilik tulisan ini ingin diakui oleh lingkungan sosialnya, hanya peduli kepada dirinya sendiri, dan tidak banyak upaya yang dilakukan untuk masa depannya.[57][59]

Zona bawah. Zona ini menunjukkan dorongan fisik, kebutuhan akan materi, seks, dan masa lalu. Tulisan yang dominan dengan zona bawah memiliki prinsip bahwa aksi dan kerja adalah hal yang terpenting.[57][60]

Unsur pendukung sunting

Huruf kapital sunting

Penulisan huruf kapital yang berukuran besar menunjukkan penulis yang memiliki penilaian yang tinggi terhadap dirinya sendiri serta merasa lebih tinggi dibandingkan orang lain, arogan, sulit diatur, dan cenderung memaksakan kehendak. Kelebihannya adalah idealistis, tekun, berani, dan bangga serta menghargai dirinya.[61][62]

Penulisan huruf kapital yang berukuran sedang menunjukkan penulis yang realistis, humanis, tidak berlebihan, dan menyukai cara demokratis dalam pengambilan keputusan. Penulisan huruf kapital yang berukuran kecil atau yang ukurannya sama seperti huruf kecilnya menunjukkan kesederhanaan, kerendahan hati, dan kesopanan. Namun, tidak jarang hal ini mengindikasikan kurangnya kepercayaan diri, kurang bersemangat, dan memiliki perasaan inferior.[61][62]

Penempatan huruf kapital yang tidak tepat (di tengah kata) menunjukkan seseorang yang tidak bisa menentukan skala prioritas dan cenderung bereaksi berlebihan saat menghadapi sesuatu.[63]

Coretan awal sunting

Tulisan yang memiliki coretan awal paling sering didapatkan pada tulisan anak-anak. Coretan awal yang masih ditemukan setelah dewasa menunjukkan keragu-raguan, tanda ketidakdewasaan, dan kebutuhan pemiliknya untuk berinteraksi dalam kehidupan sosial. Coretan awal ada yang panjang berupa garis dan yang pendek hanya berupa titik. Tulisan tangan yang tidak memiliki coretan awal menunjukkan pemilik yang aktif, berjiwa mandiri, dan tidak memiliki keraguan dalam mengambil keputusan.[64][65]

Coretan akhir sunting

Coretan di akhir tulisan memiliki beberapa variasi penilaian. Tulisan tangan tanpa coretan akhir menunjukkan penulis yang kurang sabar dan tidak menyukai basa-basi. Coretan akhir yang berbentuk seperti garland menunjukkan kebutuhan pemiliknya untuk berinteraksi dan bersosialisasi. Coretan akhir yang lurus menunjukkan penulisnya tidak mudah percaya kepada orang lain. Coretan akhir yang kembali ke arah kiri menunjukkan penulisnya memiliki mekanisme proteksi diri yang besar.[66][67]

Tanda tangan sunting

Tanda tangan merupakan ciri personal seseorang karena penulisannya merupakan sesuatu yang direkayasa dan didapatkan setelah dibuat secara berulang.[68]

 
Contoh tanda tangan dengan bingkai bulat

Tanda tangan yang berbentuk cangkang atau yang membingkai tanda tangannya dengan bingkai bulat menunjukkan seseorang yang tanpa kompromi serta membuat batas yang jelas antara dirinya dengan orang lain. Tanda tangan yang memiliki banyak hiasan atau aksen di sana-sini misalnya dengan menambahkan simbol cinta menunjukkan seseorang yang sedang menutupi kekurangannya. Tanda tangan yang agresif dengan bentuk yang tajam meruncing menunjukkan keinginan untuk melawan, tetapi tidak memiliki keberanian atau kemampuan. Tanda tangan yang terlalu besar menunjukkan seseorang yang merasa dirinya tidak berarti dan inferior, rapuh, tidak berdaya, dan tidak berharga. Tanda tangan yang berukuran sangat kecil menunjukkan kenyamanan akan kehidupan pribadi dan penerimaan atas segala kekurangannya serta perasaan tidak ingin menjadi pusat perhatian.[69][70]

 
Contoh tanda tangan dengan beberapa simbol hati.

Orang yang mencoret tanda tangannya menunjukkan orang yang tidak menyukai dirinya sendiri yang sering diakibatkan adanya ejekan atau penolakan di masa lalu yang terus menerus.[71]

Titik dan baris sunting

Huruf i dan t adalah dua huruf yang karakter kuat dan merupakan huruf dasar dalam mempelajari grafologi. Yang dinilai dari huruf i adalah cara menuliskan titik di atas huruf ini. Sedangkan untuk huruf t adalah cara garis horizontal pada huruf tersebut.[72]

Titik pada huruf i atau i-dots. Orang yang tidak membubuhkan titik pada huruf i menunjukkan sifat kurang sabar, pemalas, kurang mampu melihat perbedaan, ketidakdisiplinan, dan ketidakmampuan untuk melihat sesuatu yang sebenarnya penting.[73]

Orang yang menuliskan titik berupa lingkaran kecil yang kosong di bagian tengahnya menunjukkan sifat eksentrik serta keganjilan dalam berbusana atau gaya rambut, kebebasan berimprovisasi, tidak menyukai hal-hal yang formal dan konvensional, dan bakat dalam bidang seni. Titik pada huruf i yang berbentuk garis lengkung menunjukkan sifat humoris pemiliknya. Jika garisnya melengkung ke atas menunjukkan keinginan untuk meninggikan diri. Titik berupa lingkaran hitam (merupakan bentuk titik yang banyak digunakan) menunjukkan individu yang senang menjadi pusat perhatian, ingin tampil beda, dan sangat memperhatikan penampilan.[73][74][75]

Titik pada huruf i yang diletakkan di sisi kiri batang huruf menunjukkan kemampuan pemiliknya untuk mengendalikan diri dan waspada. Kelemahannya adalah sifatnya skeptis dan mudah menaruh curiga. Titik yang diletakkan di atas batang huruf menunjukkan pemikiran yang praktis, memperhatikan detail, dan sifat yang berhati-hati. Kelemahannya adalah kurang dapat berimajinasi. Titik yang diletakkan di sisi kanan batang huruf menunjukkan sifat pendiam dan tidak banyak bicara.[15][73]

Baris pada huruf t atau t-bars. Baris pada huruf t menunjukkan level ambisi, disiplin, dorongan, dan kemauan penulisnya. Makin tinggi posis baris, makin tinggi juga ambisinya. Baris huruf t yang pendek menunjukkan perasaan takut, malu, dan kurang percaya diri. Baris huruf t yang lebih panjang dan agak menyilang menunjukkan kemampuan memecahkan persoalan. Baris huruf t yang melengkung ke atas menunjukkan keuletan, kegigihan, ketekunan, dan keteguhan hati. Baris huruf t yang melengkung ke bawah menunjukkan seseorang yang merendah dan mencari jalan termudah untuk satu situasi yang sulit. Hal ini juga menjadi indikasi kurangnya rasa tanggung jawab. Baris yang posisinya menukik ke bawah menunjukkan jiwa petualang yang cenderung memberontak, seorang negosiator yang andal, pemberani, dan indikasi sifat egois. Baris yang membentuk bintang dengan batang huruf t menunjukkan kemauan yang kuat, gigih, dan keras kepala. Baris yang bersambung dengan bagian bawah (kaki huruf) menunjukkan orang yang lebih suka dikendalikan oleh orang lain.[74][76][77]

Penelitian sunting

Meta analisis yang dilakukan pada tahun 1982 terhadap lebih dari 200 penelitian tentang grafologi, memperlihatkan ketidakmampuan grafologi untuk mengetahui kepribadian seseorang.[78]

Penelitian yang dilakukan oleh Ben Shakhar pada tahun 1983 menunjukkan ketidakmampuan grafologi untuk menentukan kepribadian dan memprediksi kesuksesan seseorang di tempat kerja. Shakhar kembali melakukan penelitan di tahun 1989 dengan 63 grafolog dan 51 nongrafolog yang mengevaluasi 1223 tulisan untuk melihat validitas penilaian tulisan tangan. Hasilnya tidak berbeda dengan penelitian sebelumnya bahwa peran grafologi sebagai alat ukur yang valid untuk menentukan kesuksesan seseorang hampir mendekati angka nol.[79][80]

Pada sebuah penelitian di tahun 1988, didapatkan kesimpulan bahwa grafolog tidak mampu memprediksi skor dari tes Myers-Brigg. British Psychological Society (Asosiasi Psikolog Inggris) menyejajarkan grafologi dengan astrologi dengan kriteria tidak valid.[78]

Sean Bradley dari Universitas Clarke melakukan penelitian pada tahun 2015 tentang identifikasi gender berdasarkan tulisan tangan. Ada 25 spesimen tulisan tangan anonim milik responden berusia 18 hingga 24 tahun yang harus ditentukan jenis kelaminnya dan 203 penilai tulisan. Responden ini menulis dua kali dalam dua kesempatan yang terpisah dengan mengatakan ada kesalahan di dalam penulisan yang pertama demi menjaga konsistensi tulisan. Hasil yang didapatkan adalah terdapat identifikasi jenis kelamin yang berbeda atas dua tulisan dari pemilik yang sama oleh penilai tulisan. Hanya ada 5 orang yang mencapai skor di atas 80 pada survei pertama, 15 orang di survei kedua, dan 1 orang untuk kedua survei.[81]

Laporan CIA melihat potensi penggunaan grafologi sebagai teknik penilaian yang valid meskipun tidak menyertakan bukti peran grafologi. Dari sebuah penelitian di Prancis pada tahun 1991, sekitar 91% perusahaan publik dan swasta di negara tersebut menggunakan analisis tulisan tangan dalam perekrutan pegawainya. Hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan karena pada tahun 1985 hanya terdapat 85%. Di tahun yang sama, negara lain yang juga menggunakan analisis tulisan tangan dalam perekrutan tenaga kerja adalah Inggris sebanyak 7%, Belanda 4%, Jerman dan Norwegia 2%, serta Israel 16%.[82][83]

Dari penelitian yang dilakukan oleh Adrian Bangerter dkk dengan mengumpulkan semua iklan pencari kerja di Swiss dari tahun 1950 hingga 2007, didapatkan hasil dari sekitar 45.000 iklan terdapat 30.000 yang meminta pelamar kerja menulis lamarannya dengan tulisan tangan. Bangerter juga meneliti seberapa besar harapan seorang pelamar untuk diterima bekerja berdasarkan tulisan tangan mereka. Dengan menggunakan 131 mahasiswa-mahasiswi, 79 mahasiswa Hukum, 18 orang mahasiswa Ilmu Politik, dan sisanya dari berbagai fakultas, hasil yang didapatkan adalah persyaratan pekerjaan yang meminta tulisan tangan membuat para responden berharap tulisan mereka berperan besar dalam menentukan hasilnya.[84]

Geoffroy Desvignes, seorang grafolog sekaligus penyedia jasa perekrutan profesional, meyakini kebenaran grafologi karena kliennya tetap menggunakan jasanya. Meskipun dia tidak mengetahui bagaimana peran pasti grafologi di dalam pekerjaannya tersebut.[82]

Roberta Satow dan Jacqueline Rector melakukan penelitian pada tahun 1995 dengan dua kelompok yang terdiri dari 40 orang dengan kelompok pertama adalah manager yang sukses dan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol. Tiga grafolog mampu mengidentifikasi dua kelompok responden dengan akurasi masing-masing 31, 34, dan 34 dari 40 orang.[83][85]

Dalam esai berjudul "Write and Wrong: The Validity of Graphological Analysis" yang terangkum di dalam buku The Hundredth Monkey and Other Paradigms of The Paranormal A Sceptical Inquirer Collections, Adrian Furnham, seorang psikolog dari Inggris, menyatakan bahwa dalam satu uji terkontrol dengan sampel tulisan tangan yang tidak memberikan informasi grafologi apa pun, grafolog tidak mampu memprediksi kepribadian dari sampel tersebut. Dari penelitian yang sama, orang-orang yang tidak memiliki keahlian di bidang grafologi mampu mengidentifikasi jenis kelamin pemilik tulisan dengan tepat hingga 70%.[86]

Laurent Begue, seorang profesor dari Universitas Grenoble, menyatakan bahwa grafolog yang berbeda akan memberikan interpretasi yang berbeda terhadap satu tulisan yang sama. Kemampuan yang dimiliki oleh para grafolog adalah membaca pikiran secara intuitif yang dikenal dengan sebutan efek Barnum dalam ilmu psikologi.[82]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b "Fine Dictionary". Diakses tanggal 22 September 2014. 
  2. ^ a b Longman Dictionary of Psychology and Psychiatry, Longman Group United Kingdom, 1983 
  3. ^ a b Furnham, Adrian; Barrie Gunter (1987), "Graphology and Personality: Another Failure to Validate Graphological Analysis.", Personality and Individual Differences, 8 (3): 433–435, doi:10.1016/0191-8869(87)90045-6. 
  4. ^ Fitri, Gunawan; Untung, Yuwono; T, Lauder. Pesona bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta. ISBN 9789792216813. OCLC 156874430. 
  5. ^ Nevo, B Scientific Aspects Of Graphology: A Handbook Springfield, IL: Thomas: 1986
  6. ^ James, Barry (3 Agustus 1993). "Graphology Is Serious Business in France : You Are What You Write?". New York Times. Diakses tanggal 18 September 2010. 
  7. ^ Dunning, Brian. "All About Graphology". Skeptoid.com. Diakses tanggal 2 September 2016. 
  8. ^ a b c d Watts, Michael. "The Historical Evolution of Graphology". Diakses tanggal 11 Desember 2021. 
  9. ^ a b "The History of Graphology". The British Institute of Graphologists. Diakses tanggal 11 Desember 2021. 
  10. ^ a b c "History of Graphology". International Handwriting Analysis Society. Diakses tanggal 11 Desember 2021. 
  11. ^ S., Achsinfina 2008, hlm. 1-2.
  12. ^ Prasetyono, Dwi Sunar 2018, hlm. 18-20.
  13. ^ Driver, Russel H.; Buckley, M. Ronald; Frink, Dwight D. (April 1996), "Should We Write Off Graphology?", International Journal of Selection and Assessment, Blackwell Publishing Ltd, 4 (2): 78–86, doi:10.1111/j.1468-2389.1996.tb00062.x, ISSN 1468-2389. 
  14. ^ Priherdityo, Endro (10 Januari 2016). "Grafologi, Ilmu Membaca Karakter yang Ilmiah". CNN Indonesia. Diakses tanggal 27 Desember 2021. 
  15. ^ a b Wahyuni, Sri Erji 2018, hlm. 4.
  16. ^ S., Achsinfina 2008, hlm. 2-4.
  17. ^ Landau, Shaike. "Michon and The Birth of Scientific Graphology" (PDF). britishgraphology.org. hlm. 5-10. Diakses tanggal 11 Desember 2021. 
  18. ^ Trubek, Anne (17 Mei 2017). "Sorry, Graphology Isn't a Real Science". JSTOR Daily. Diakses tanggal 11 Desember 2021. 
  19. ^ Nicolas, Serge; Andrieu, Bernard; Sanitioso, Rasyid; Vincent, Romain; Murray, David (1 Maret 2015). "Alfred Binet and Crépieux-Jamin: Can intelligence be measured scientifically by graphology?". L’Année psychologique. 115: 3–52. doi:10.4074/S0003503315001013. 
  20. ^ Prasetyono, Dwi Sunar 2018, hlm. 13-6.
  21. ^ "The British Academy of Graphology: Crépieux-Jamin & Pulver". baog. Diakses tanggal 10 Desember 2021. 
  22. ^ "The History of Handwriting Analysis" (PDF). www.pens.co.uk. Diakses tanggal 11 Desember 2021. 
  23. ^ "About the British Institute of Graphologists". The British Institute of Graphologists. Diakses tanggal 11 Desember 2021. 
  24. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 15.
  25. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 15-6.
  26. ^ a b c d e f Dwikardana, Sapta 2014, hlm. 33-7.
  27. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 17-9.
  28. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 19-21.
  29. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 29-33.
  30. ^ S., Achsinfina 2008, hlm. 20.
  31. ^ Rahmi, Harfi Muthia 2014, hlm. 68-70.
  32. ^ S., Achsinfina 2008, hlm. 21.
  33. ^ Rahmi, Harfi Muthia 2014, hlm. 70-2.
  34. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 41-2.
  35. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 42-5.
  36. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 145-8.
  37. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 48-51.
  38. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 51-3.
  39. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 53-5.
  40. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 58-9.
  41. ^ Kartika, Mega (2019), hlm. 153: "Makin kecil tulisan seseorang, maka biasanya semakin hemat. Orang seperti ini menganggap semakin kecil tulisannya, semakin irit dan tidak menghabiskan kertas. Sementara itu tulisan yang besar bukan berarti boros. Justru makin besar sebuah tulisan,menandakan dirinya kreatif (...)"
  42. ^ Prasetyono, Dwi Sunar 2018, hlm. 83-8.
  43. ^ a b c d S., Achsinfina 2008, hlm. 27.
  44. ^ Kartika, Mega (2019), hlm. 16: "Kalau tinta bolpoin yang dipakai menulis sampai merembes ke halaman sebaliknya, itu adalah pertanda orang yang kaku. (...)"
  45. ^ S., Achsinfina 2008, hlm. 24-5.
  46. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 87-95.
  47. ^ Prasetyono, Dwi Sunar 2018, hlm. 147-9.
  48. ^ Prasetyono, Dwi Sunar 2018, hlm. 157-8.
  49. ^ Prasetyono, Dwi Sunar 2018, hlm. 156-7.
  50. ^ a b S., Achsinfina 2008, hlm. 31-4.
  51. ^ Prasetyono, Dwi Sunar 2018, hlm. 150-7.
  52. ^ Prasetyono, Dwi Sunar 2018, hlm. 135-7.
  53. ^ Rahmi, Harfi Muthia 2014, hlm. 118-21.
  54. ^ Prasetyono, Dwi Sunar 2018, hlm. 137-8.
  55. ^ Rahmi, Harfi Muthia 2014, hlm. 121-2.
  56. ^ Prasetyono, Dwi Sunar 2018, hlm. 75-6.
  57. ^ a b c S., Achsinfina 2008, hlm. 29-31.
  58. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 82-3.
  59. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 83-4.
  60. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 85-6.
  61. ^ a b Prasetyono, Dwi Sunar 2018, hlm. 163-8.
  62. ^ a b Dwikardana, Sapta 2014, hlm. 72-4.
  63. ^ Wahyuni, Sri Erji 2018, hlm. 70.
  64. ^ Prasetyono, Dwi Sunar 2018, hlm. 169-71.
  65. ^ Dwikardana, Sapta 2014, hlm. 55.
  66. ^ Prasetyono, Dwi Sunar 2018, hlm. 172-4.
  67. ^ Dwikardana, Sapta 2014, hlm. 56.
  68. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 160=5.
  69. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 165-70.
  70. ^ Rahmi, Harfi Muthia 2014, hlm. 146-55.
  71. ^ Ludvianto, Bayu 2011, hlm. 180-1.
  72. ^ Prasetyono, Dwi Sunar 2018, hlm. 175-6.
  73. ^ a b c Prasetyono, Dwi Sunar 2018, hlm. 176-87.
  74. ^ a b Dwikardana, Sapta 2014, hlm. 58-9.
  75. ^ Wahyuni, Sri Erji 2018, hlm. 74.
  76. ^ Prasetyono, Dwi Sunar 2018, hlm. 187-200.
  77. ^ Mishra, Amarnath (17 Januari 2017). "Forensic Graphology: Assessment of Personality" (PDF). Forensic Research & Criminology International Journal. Volume 4 (Issue 1): 9–11. doi:10.15406/frcij.2017.04.00097. ISSN 2469-2794. 
  78. ^ a b "Graphology is a pseudoscience". ZME Science. 24 Oktober 2017. Diakses tanggal 12 Desember 2021. 
  79. ^ Ben-Shakhar, Gershon; Bar-Hillel, Maya; Bilu, Yoram; Ben-Abba, Edor; Flug, Anat (1 November 1986). "Can graphology predict occupational success? Two empirical studies and some theoretical ruminations". Journal of Applied Psychology. 71: 645–653. doi:10.1037/0021-9010.71.4.645. 
  80. ^ Neter, E.; Ben-Shakhar, G. (1989). "The predictive validity of graphological inferences: A meta-analytic approach". doi:10.1016/0191-8869(89)90120-7. 
  81. ^ Bradley, Sean (2015). "Bradley | PDF | Statistical Hypothesis Testing | Survey Methodology". Scribd. Diakses tanggal 26 Desember 2021. 
  82. ^ a b c Schofield, Hugh (29 April 2013). "A French love affair... with graphology". BBC News. Diakses tanggal 12 Desember 2021. 
  83. ^ a b Marano, Giuseppe; Traversi, Gianandrea; Gaetani, Eleonora; Sani, Gabriele; Mazza, Salvatore; Mazza, Marianna (7 Januari 2021). "Graphology: An Interface Between Biology, Psychology and Neuroscience". Psychological Disorders and Research (dalam bahasa Inggris). 2020 (3): 1–13. doi:10.31487/j.PDR.2020.03.05. ISSN 2674-2470. 
  84. ^ Bangerter, Adrian; König, Cornelius; Blatti, Sandrine; Salvisberg, Alexander (1 Juni 2009). "How Widespread is Graphology in Personnel Selection Practice? A case study of a job market myth". International Journal of Selection and Assessment. 17. doi:10.1111/j.1468-2389.2009.00464.x. 
  85. ^ Satow, Roberta; Rector, Jacqueline (1 Agustus 1995). "Using Gestalt Graphology to Identify Entrepreneurial Leadership". Perceptual and Motor Skills (dalam bahasa Inggris). 81 (1): 263–270. doi:10.2466/pms.1995.81.1.263. ISSN 0031-5125. 
  86. ^ Furnham, Adrian (1 Juni 1991). "Write and Wrong: The Validity of Graphological Analysis". Dalam Frazier, Kendrick. The Hundredth Monkey and Other Paradigms of The Paranormal A Sceptical Inquirer Collection. New York: Prometheus Book. ISBN 9780879756550. 

Daftar Pustaka sunting

Pranala luar sunting