Gaullisme adalah ideologi politik Prancis yang didasari pada pemikiran dan tindakan Charles de Gaulle.

Doktrin sunting

Komponen utama Gaullisme adalah hasrat kemerdekaan Prancis dari kekuatan asing, tetapi ada juga komponen sosial dan ekonomi dalam beberapa bentuk filosofinya.

Kebijakan luar negeri sunting

Tema utama dari kebijakan luar negeri de Gaulle adalah mengenai kemerdekaan nasional dengan beberapa konsekuensi praktisnya yaitu dalam beberapa hal oposisi terhadap organisasi internasional seperti NATO atau Komunitas Ekonomi Eropa. Akibat utamanya Prancis tidak boleh tergantung kepada negara asing manapun untuk dapat bertahan (kemudian harus menunda pembuatan tenaga nuklir Prancis) dan bahwa Prancis harus menolak bantuan dari setiap kekuatan asing, apakah itu Amerika Serikat ataupun Uni Soviet. Seseorang dapat juga mengutip para pengamat asing katakan sebagai kebijakan mercusuar, yaitu desakan Prancis sebagai kekuatan utama di dunia dan pembangunan kekuatan militer dan ekonomi untuk mendukung klaim ini. Untuk tujuan tersebut, Gaullisme secara jelas memengaruhi kebijakan luar negeri Prancis dalam beberapa dekade berikutnya walaupun Gaullis secara kuantitas tidak lagi memegang kekuasaan.

Kritik dari luar negeri khususnya di Britania Raya dan Amerika Serikat, dengan sedikit kasar dan getir mengkritik kebijakan kejayaan dan kemerdekaan de Gaulle. Poin friksi utama adalah keputusan de Gaulle untuk menarik diri Prancis dari komando militer terpusat NATO (namun bukan dari keanggotaan NATO) dan untuk mengeluarkan NATO dari markasnya di Fontainebleau. De Gaulle menolak pasukan asing di tanah Prancis jika pasukan tersebut tidak berada di bawah komando Prancis, suatu tindakan yang sangat membuat marah Amerika Serikat, yang memiliki pasukan di tanah Prancis pada saat itu dan berharap militer Prancis beserta kebijakan luar negerinya berada dalam barisan yang sama.

Kebijakan dalam negeri sunting

Beberapa orang mengutip konservatisme sosial, dan dirigisme dan volontarisme ekonomi sebagai bagian dari ideologi Gaullis, meskipun hal ini tidak seluruhnya diakui oleh mereka yang menyebut dirinya sebagai Gaullis. Gaullisme secara umum dianggap sebagai ideologi sayap kanan, walaupun ada juga Gaullis sayap kiri. Perbedaan di antara keduanya adalah mengenai perbedaan kebijakan sosial dan ekonomi.

Gaullisme kadang dikarakteristikkan sebagai bentuk populisme, mengingat de Gaulle sangat bergantung pada kharisma pribadinya. De Gaulle memilih hubungan langsung dengan rakyat dibandingkan menggunakan politik parlementer; dalam beberapa hal, dia sangat blak-blakan terhadap politikus dan permainan politik. De Gaulle mengundurkan diri setelah gagal meraih mayoritas dalam sebuah referendum pada reformasi Senat Prancis.

Kelompok politik sunting

Gaullis sebagai sebuah kelompok politik digunakan untuk merujuk pada Persatuan Demokrat untuk Republik (UDR).

Sejak kematian de Gaulle dan bubarnya UDR, pengertian Gaullisme menjadi tidak jelas. Dalam penggunaannya pada era 1980-1990-an, "Gaullisme", atau "Neo-Gaullisme" merujuk pada Dukungan untuk Republik (saat ini dilebur ke Persatuan untuk Gerakan Rakyat), partai kanan tengah-nya Jacques Chirac. Pada masa lalu, Chirac mengadopsi baik pendekatan dirigiste maupun laissez-faire terhadap ekonomi; saat ini Chirac memiliki sikap pro-Eropa setelah dikenal secara luas menyatakan Eropanisme di Call of Cochin. Untuk alasan-alasan ini, beberapa yang berada di posisi politik kanan, seperti Charles Pasqua, menyatakan Chirac dan partainya sebagai bukan "Gaullis sejati".

Ada beberapa pihak di sayap kiri politik yang juga menyebut diri mereka Gaullis. Bahkan presiden sosialis François Mitterrand yang menyatakan cara memerintah de Gaulle sebagai kudeta permanen secara terus menerus mempertahankan penundaan program nuklir dan berusaha merealisasikan kemerdekaan Prancis.