Franz Staudegger

as Panzer

Franz Staudegger adalah seorang as tank Jerman dalam Perang Dunia II. Ia merupakan seorang komandan Tiger yang berasal dari Divisi tank ke-1 SS yang terkenal berhasil menghancurkan sekitar 17 tank T-34 milik Soviet kurang dari 2 jam, ditambah dua tank lainnya yang dihancurkan dengan menggunakan granat tangan seorang diri tiga hari sebelumnya, semuanya ini dilakukan saat berlangsungnya serangan Jerman di Prokhorovka saat Pertempuran Kursk.

Perang Dunia 2 sunting

Pada Pertempuran Kursk pada hari pertama (5 Juli 1943), setelah melalui pertempuran yang sengit selama seharian, Staudegger kemudian memulai perjalanannya untuk kembali bergabung dengan unitnya karena Staudegger sendiri terpisah dari unitnya di tengah kekacauan pertempuran pada beberapa jam sebelumnya. Ketika dalam perjalanan di tengah gelapnya malam, Staudegger menemukan sebuah tank yang menghalangi jalannya dengan komandan dari tank tersebut sedang beristirahat sembari merokok diatas palka tank-nya. Staudegger yang merasa kesal kemudian turun dari Tiger-nya untuk mendekati serta memerintahkan orang tersebut untuk memindahkan tank-nya agar tidak menghalangi jalan.

Betapa terkejutnya Staudegger ketika menemukan bahwa tank yang didekatinya itu adalah salah satu dari dua tank T-34/76 milik Soviet yang sedang terparkir di jalan tersebut. Tanpa berpikir panjang Staudegger melemparkan granat yang dibawanya ke atas palka tank tersebut hingga berhasil menghancurkan tank tersebut, Komandan tank T-34/76 yang kedua kemudian membuka palkanya untuk melihat keadaan setelah mendengar bunyi ledakan keras dibelakangnya, dengan cepat Staudegger kemudian berlari mendekati tank yang kedua dan kemudian melemparkan granat hingga berhasil menghancurkan tank yang kedua. Atas keberaniannya dalam menghancurkan dua tank musuh dalam waktu singkat, Staudegger dianugerahi penghargaan berupa medali Salib Besi Kelas Pertama (Iron Cross First Class).

Tiga hari setelah peristiwa ini, Korps tank Soviet ke-10 meluncurkan serangan terhadap Divisi tank ke-1 SS, Keuntungan bagi pihak Soviet ketika melakukan serangan tersebut adalah saat divisi Jerman tersebut hampir tidak memiliki tank untuk mempertahankan diri, karena sebagian besar tank milik divisi ini sedang dikerahkan di bagian barat untuk menghadapi serangan Soviet lainnya. Dengan pengecualian dua tank Tiger yang dikomandani oleh Staudegger dan rekannya yaitu Rolf Schamp tetapi dalam keadaan rusak. Meskipun demikian, kedua tank Tiger yang rusak tersebut dengan cepat diperbaiki, dan mereka berdua memutuskan untuk mencoba menghentikan serangan Soviet tersebut.

Tidak seperti rekannya yaitu Schamp yang lebih memilih dalam posisi bertahan Staudegger kemudian memacu Tiger-nya keluar dari posisi-nya dan melaju ke garis depan. Tidak lama kemudian Staudegger bertemu dengan sekitar 50-60 tank T-34/76 Soviet yang baru saja menghabisi pertahanan infanteri Jerman di daerah tersebut, tidak lama kemudian juru tembak Staudegger yaitu Heinz Buchner menghancurkan tiga unit T-34/76 yang tidak menyadari kehadiran Tiger milik Staudegger tersebut.

Namun, dua unit tank Soviet lainnya muncul dari balik parit pertahanan dan mulai menembaki tank Tiger yang dikomandani Staudegger. Nasib kedua tank Soviet ini tidak jauh berbeda dengan tiga tank sebelumnya yaitu sama-sama hancur. Dengan semakin banyaknya tank Soviet yang bermunculan, pengemudi Staudegger yaitu Stahlmacher bermanuver dalam pertempuran sengit tersebut. Setelah hampir dua jam bertempur, Staudegger dan kru-nya berhasil menghabisi 17 tank milik Soviet. Meskipun dalam pertempuran tersebut Soviet memiliki lebih banyak tank, tetapi mereka lebih memilih mundur daripada harus kehilangan tank lainnya.

Seusai pertempuran pada hari tersebut, tercatat bahwa tank Tiger milik Staudegger terkena tembakan sebanyak 67 kali dari meriam tank kaliber 76mm milik Soviet, tetapi tidak ada satupun yang berhasil menembus lapisan baja tank Tiger yang terkenal sangat tebal. Staudegger dan kru-nya tidak hanya berhasil menghancurkan lebih dari 20 tank Soviet pada hari tersebut akan tetapi mereka dapat menahan serangan pasukan Soviet selama berjam-jam dan dapat memainkan peranan penting dalam Pertempuran Kursk. Atas aksinya Staudegger adalah komandan tank pertama yang menerima penghargaan berupa Salib Ksatria (Knight Cross).

Pasca perang sunting

Tidak seperti rekan sejawatnya yaitu Wittmann yang tewas di tangan Sekutu Barat setahun kemudian pada 1944. Staudeger selamat dari perang dan kemudian menjadi seorang pegawai asuransi setelah berakhirnya Perang Dunia II, Staudegger meninggal dengan tenang di usianya yang ke-68 tahun pada 16 Maret 1991 di wilayah Frankfurt, Jerman. Tindakannya pada tanggal 5 dan 8 Juli 1943 adalah salah satu contoh dari sekian banyaknya pertempuran tank yang paling sengit dan ganas di wilayah Timur serta membuktikan kekuatan dari salah satu tank yang memiliki reputasi terbaik sekaligus mematikan dalam Perang Dunia II.

Referensi sunting

Bacaan lanjutan sunting

  • Fellgiebel, Walther-Peer (2000) [1986]. Die Träger des Ritterkreuzes des Eisernen Kreuzes 1939–1945 — Die Inhaber der höchsten Auszeichnung des Zweiten Weltkrieges aller Wehrmachtteile (dalam bahasa German). Friedberg, Germany: Podzun-Pallas. ISBN 978-3-7909-0284-6. 
  • Scherzer, Veit (2007). Die Ritterkreuzträger 1939–1945 Die Inhaber des Ritterkreuzes des Eisernen Kreuzes 1939 von Heer, Luftwaffe, Kriegsmarine, Waffen-SS, Volkssturm sowie mit Deutschland verbündeter Streitkräfte nach den Unterlagen des Bundesarchives (dalam bahasa German). Jena, Germany: Scherzers Miltaer-Verlag. ISBN 978-3-938845-17-2.