Esensialisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa suatu entitas memiliki karakteristik yang inheren dan melekat sehingga tidak dapat dipisahkan dengan entitas tersebut dan sekaligus mendefinisikannya. Ini mencakup keyakinan akan esensi, yaitu apa yang membuat sesuatu adalah sesuatu tersebut, berlawanan dengan kontingensi, yaitu sesuatu yang hanya kebetulan, yang ketiadaannya tidak akan meniadakan sesuatu tersebut. Esensialisme memiliki arti yang berbeda dalam biologi dan filsafat.

Dalam biologi sunting

Dalam biologi, esensialisme adalah paham di mana spesies hewani dan nabati berbeda satu dari lain karena "esensi"-nya, yang berarti pengakuan adanya diskontinuitas di alam. Paham ini berlawanan dengan nominalisme, di mana yang ada itu hanya individu dan populasi individu, dan yang menganggap bahwa kategori hanyalah abstraksi yang ditentukan oleh manusia dalam suatu kontinuum rupa yang luas dalam alam. Selain itu, esensialisme menggambarkan juga kondisi alami feminis dan maskulin yang berbeda secara esensi, berlawanan dengan konstruksionisme.

Kritik terhadap esensialisme sunting

Menurut penantangnya, esensialisme biologis digunakan sebagai dasar ideologis untuk segregasi, dengan menganggap bahwa perbedaan yang ditentukan untuk alasan kemudahan, sebagai perbedaan yang "alami" antara manusia. Dengan kata lain, patokan yang hanya merupakan konvensi belaka, disamakan dengan perbedaan yang bersifat kualitatif dan alami. Dengan demikian ada seksisme, rasisme, homofobia dan seterusnya.

Dalam filsafat sunting

Dalam filsafat, esensialisme adalah paham tentang manusia yang berlawanan dengan eksistensialisme. Esensialisme bertujuan mengutamakan esensi dibandingkan dengan eksistensi (keberadaan sesuatu atau seseorang). Esensialisme menganut ide bahwa individu tidak bebas memilih dan menentukan makna atau kualtias (esensi) dirinya, melainkan ia dianggap sebagai hasil dari determinisme yang tidak dapat lepas darinya. Esensialisme menghidupkan kembali debat antara alam (nature) dan budaya (culture).