Dawet

variasi minuman khas Indonesia
(Dialihkan dari Es Dawet)

Dawet (Jawa: ꦝꦮꦼꦠ꧀, translit. dhawêt) adalah minuman berupa campuran air gula, santan, dan cendol (biasanya dicampur es)[1] yang berasal dari desa Jabung, Ponorogo. Minuman dengan rasa manis dan gurih ini juga kerap disajikan sebagai menu upacara pernikahan adat suku Jawa.[2] Seiring perkembangan zaman, Es dawet menyebar ke seluruh kota mulai dari Kota Semarang, Solo, Banjarnegara, Banyumas, Cilacap, Purworejo Jakarta, Bandung, hingga luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.[3]

Dawet
JenisMinuman
Tempat asalJabung, Indonesia
DaerahPulau Jawa
Masakan nasional terkaitIndonesia
Suhu penyajianDingin/suhu ruang
VariasiDawet ayu
Dawet ayu rumput laut
Dawet ireng
Dawet Semarang
Dawet Jepara
Dawet Jabung
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Asal Usul sunting

Dawet berasal dari Desa Jabung, Ponorogo tanpa warna atau bening, tercatat dalam prasasti Taji Ponorogo pada abad 10. kemudian mulai dikenal kembali pada abad 15 pada zaman bupati Ponorogo Bathoro Katong, karena bermanfaat menyembuhkan orang sakit. Pada kala itu Warok Suro menggolo kembali pulih setelah luka melakukan perang,[4] Kemudian Bathoro Katong memperkenalkan Dawet Jabung kepada kakanya Raden Fatah di Kesultanan Demak, Seketika Raden Fatah pun suka dengan minuman Dawet dan ingin menjadikan sebagai minuman keseharian di keraton Kesultanan Demak, kemudian dawet jabung yang berwarna bening diberi warna hijau, yang merupakan warna favorit Rasulallah Saw, Dawet yang berwarna hijau ini menyebar ke barbagai kota di Jawa Tengah.[5]

Ketika Kesultanan Demak melakukan penyerangan Portugis di Melaka, Pasukan Demak disediakan minuman Dawet Hijau supaya memiliki semangat perang yang tinggi, sehingga Dawet pun dikenal juga oleh orang melayu yang tinggal di Malaysia, Singapura, Riau dan Thailand Selatan.

Di Ponorogo terdapat Kampung Dawet di sekitaran Jetis yang dijual dari warung-warung hingga restoran dengan menyajikan secara khas, yakni memberikan mangkok dawet diatas lepek kecil, bukan nampan.[6]

Perbedaan cendol dan dawet sunting

Dawet sudah terlebih dahulu dikonsumsi oleh orang Jawa kuno seperti yang tercatat dalam prasasti dan naskah kuno, sedangkan cendol merupakan adopsi dari dawet, inovasi yang ditemukan oleh orang-orang Jawa, di sekitar abad 19 hingga awal abad 20.[7] Perbedaan yang lainnya adalah pada bahan dasar es cendol dulunya terbuat dari sagu aren, tepung beras, dan tepung hunkwe.[8] Umumnya dibuat hunkwe dan tepung beras saja. Tepung tersebut kemudian diberi pewarna makanan hijau atau perasan daun suji; tapi ada juga yang memakai pandan. Setelah mendapat warna yang pas, adonan tepung hunkwe akan dicetak menggunakan alat khusus. Umumnya, berbentuk gelas panjang dengan lubang di bawahnya. Dari sana, bentuk khas lonjong dari cendol berasal.

Sedangkan bahan dasar es dawet dulunya terbuat dari tepung beras ataupun tepung beras ketan, diberi pewarna hijau berupa daun suji. Proses membuatnya lebih simpel dibanding cendol.[9] Dengan cara adonan dawet dicetak menggunakan alat berupa saringan sederhana. Adonan dawet dituang ke saringan berongga, dan kemudian digoyangkan agar adonan jatuh. Hal demikian yang membuat dawet memiliki bentuk runcing pada ujungnya. Lantaran menggunakan tepung beras, dawet cenderung mempunyai tekstur yang lebih lembut daripada es cendol yang kenyal. Dawet disajikan dengan parutan es, santan, gula merah, serta tape ketan.[10]

Tekstur, karena bahan utama yang digunakan berbeda, tekstur pada kedua jenis es tersebut juga berbeda. Es cendol memiliki tekstur yang lebih kenyal ketika digigit. Sensasi kenyal itu dihasilkan dari tepung hunkwe yang digunakan. Sementara pada es dawet memiliki tekstur yang lebih lembut dan halus. Selain itu, untuk ketebalannya, es dawet biasanya lebih tebal dibandingkan dengan es cendol. Es cendol selain diberi sirop gula merah biasanya ditambah dengan potongan nangka. Sementara dawet biasanya ditambah tape ketan.[11]

Jenis-Jenis Dawet sunting

Dawet memiliki beberapa jenis, yaitu:

  • Dawet Jabung

Merupakan asal dari semua varian Dawet yang ada, berasal dari Ponorogo yang dikenal memiliki manfaat menyembuhkan seseorang ketika sakit sejak era Majapahit.

  • Dawet Ayu Banjarnegara

Varian es dawet yang paling populer di antara yang lainnya adalah Dawet Ayu. Kuliner pelepas dahaga dari Banjarnegara ini hampir selalu ada di berbagai daerah, baik di pinggir jalan maupun berbagai pasar tradisional.

Bahan dasar pembuatan dawet ini adalah tepung beras atau tepung beras ketan. Campuran kedua tepung ini memberi sensasi lembut dan tidak terlalu kenyal.

Yang menjadikan es ini spesial adalah aroma pandannya, Dawet ayu selalu menggunakan pandan asli. Aroma ini sangat khas karena disandingkan dengan nangka, santan, dan lelehan gula merah.

  • Dawet Ireng Purworejo

Varian es dawet selanjutnya datang dari Purworejo, tepatnya dari Kecamatan Butuh yang bernama es dawet ireng. Ireng dalam bahasa Indonesia artinya hitam karena cendolnya berwarna hitam. Warna hitam ini berasal dari abu merang atau jerami.

Hal yang paling membedakan dawet ini dengan dawet lainnya adalah warnanya. Cara penyajiannya menggunakan mangkuk kecil dengan siraman santan dan gula merah cair.

Ada juga varian dawet lainnya dari Jepara yang memiliki tekstur kenyal dan juga halus. Uniknya, jika biasanya dawet lain terbuat dari tepung beras lain halnya dengan es dawet Jepara ini. Bahan utamanya adalah sagu aren.

Untuk penyajiannya, tidak jauh beda dengan dawet ayu dari Banjarnegara yang sangat populer. Namun, biasanya dawet Jepara memiliki isian yang lebih banyak, ditambah alpukat, durian, nangka, dan juga kelapa muda.

  • Dawet Semarangan

Sesuai dengan namanya, es dawet satu ini berasal dari Semarang. Bahan dasar pembuatan dawet ini adalah tepung beras. Dawet semarangan khasnya adalah penambahan durian ke dalamnnya, ditambah dengan tapai ketan dan juga potongan nangka yang membuat kelezatannya makin menggiurkan.

Galeri sunting

Lihat juga sunting

Referensi sunting

  1. ^ Arti Dawet KBBI[1]
  2. ^ Makna dan Filosofi Makanan Jawa: Es Dawet Sebagai Menu Upacara Pernikahan Adat Jawa[2].
  3. ^ Yulianda, Nurma. "Dawet Jabung Warisan Minuman Tradisional dari Ponorogo, Cocok untuk Menu Ramadhan - Arah Kata". arahkata.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 2022-12-14. 
  4. ^ Putri, Ika Sholekhah. "Dawet Jabung Ponorogo: Kisah Legenda Warok Suromenggolo dan Ki Jabung - Lingkar Madiun". lingkarmadiun.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 2022-12-14. 
  5. ^ "Prasasti Taji, Bukti Kuliner Asli Indonesia Berusia 1000 Tahun". IndonesianCultures.Com. 2022-02-19. Diakses tanggal 2023-02-24. 
  6. ^ "Cerita Unik di Balik Segarnya Dawet Jabung Ponorogo, 'Pembeli Bisa Nikahi Penjual'". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). 2022-07-17. Diakses tanggal 2022-12-14. 
  7. ^ Cendol Singapura Masuk Deretan Dessert Terbaik Dunia Versi CNN, Bagaimana Asal-usulnya?[3]
  8. ^ Fajriah, Wilda (2021-04-05). "Sama-Sama Hijau, Ternyata Ini Lho Bedanya Cendol dan Dawet". Okezone.com. Diakses tanggal 2022-05-30. 
  9. ^ Fridayani, Nine (2020-07-17). Agmasari, Silvita, ed. "Apa Bedanya Cendol dan Dawet?". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-05-30. 
  10. ^ Amadea, Azalia. "Dinobatkan sebagai Minuman Terenak di Dunia, Ini Perbedaan Cendol dan Dawet". Kumparan. Diakses tanggal 2021-03-03. 
  11. ^ Fitria, Riska. "Serupa Tapi Tak Sama, 4 Perbedaan Es Cendol dan Es Dawet". detikcom. Diakses tanggal 2021-03-03.