Du Fu (Wade–Giles: Tu Fu; Hanzi: ; 712 – 770), merupakan seorang penyair dan politisi Tiongkok yang terkenal pada masa Dinasti Tang. Bersama dengan Li Bai (Li Po), dia sering disebut sebagai penyair Tiongkok terbesar.[1] Ambisi terbesarnya adalah mengabdi kepada negaranya sebagai pegawai negeri yang sukses, tetapi ia tidak mampu mewujudkan ambisinya tersebut. Hidupnya, seperti juga seluruh negeri pada saat itu, hancur karena Pemberontakan An Lushan yang terjadi pada 755 dan selama 15 tahun terakhir kehidupannya, kondisi di Tiongkok penuh dengan pergolakan politik.

Du Fu
Later portrait of Du Fu with a goatee, a mustache, and black headwear
Tidak ada potret Du Fu, gambar ini hanya rekaan pelukis.
Lahir712
Gongyi, Henan, Tiongkok
Meninggal770 (umur 57–58)
Tanzhou, Hunan, Tiongkok
PekerjaanPenyair, politisi
AnakDu Zongwen
Du Zongwu
Du Feng'er
KerabatDu Shenyan (kakek)
Du Xian (ayah)
Du Fu

"Du Fu" dalam aksara Han
Nama Tionghoa
Hanzi: 杜甫
Zimei
Hanzi:
Nama Jepang
Kanji: 杜甫
Hiragana: とほ

Walaupun pada awalnya ia tidak terlalu dikenal, tetapi karya-karyanya membawa pengaruh yang besar baik bagi budaya Tiongkok maupun Jepang. Tulisan puitisnya yang berjumlah hampir seribu lima ratus puisi telah dilestarikan selama berabad-abad.[1] Ia disebut sebagai ""penyair sejarah" dan "penyair bijak" oleh para kritikus Tiongkok. Di dunia barat karya-karyanya disetarakan dengan Virgil, Horace, Ovid, Shakespeare, Milton, Burns, Wordsworth, Béranger, Hugo, Baudelaire dan penyair besar lainnya.[2]

Kehidupannya sunting

Kritikus tradisional Tiongkok menekankan kehidupan pengarangnya ketika menafsirkan sebuah karya, praktik yang oleh cendekiawan Amerika Burton Watson dikaitkan dengan "hubungan dekat pemikiran tradisional Tiongkok dalam hal menempatkan seni dan moralitas". Banyak puisi Du Fu yang menonjolkan moralitas dan sejarah, sehingga praktik ini sangat penting.[3] Alasan lain, yang diidentifikasi oleh sejarawan Tiongkok William Hung, puisi Tiongkok biasanya ringkas dan menghilangkan konteks yang mungkin relevan, tetapi bagi seorang kontemporer yang berpengetahuan dianggap dapat memahami puisi yang demikian. Bagi pembaca Barat modern, "Semakin kurang akurat kita mengetahui waktu, tempat dan keadaan latar belakangnya, semakin besar pula kemungkinan kita keliru membayangkannya sehingga akibatnya adalah kita salah memahami puisi tersebut atau gagal memahaminya sama sekali."[4] Stephen Owen menyarankan faktor ketiga khusus untuk Du Fu, dengan alasan bahwa variasi dari karya penyair membutuhkan pertimbangan dari seluruh kehidupannya daripada kategorisasi "reduktif" yang digunakan untuk penyair yang lebih terbatas.[5]

Tahun-tahun awal sunting

Nama lainnya
Zi: Zǐměi 子美
Dinamakan juga: Dù Shàolíng 杜少陵 Du dari Shaoling
Dù Gōngbù 杜工部 Du Departemen Tenaga Kerja
Shàolíng Yělǎo 少陵野老 Orang tua dari Shaoling
Shīshèng, 詩聖, Dewa Puisi
 
Ruang kerja di Pondok Jerami Du Fu.

Apa yang kita ketahui dari kehidupan Du Fu didapat dari puisi-puisinya. Kakek dari pihak ayah bernama Du Shenyan, seorang politisi dan penyair terkenal pada masa pemerintahan Kaisar wanita Wu Zetian (berkuasa 690–705). Du Fu lahir pada 712, tempat kelahiran persisnya tidak diketahui, kemungkinan besar dekat Luoyang, provinsi Henan (county Gong sejauh ini menjadi kandidat favorit). Di kemudian hari, ia menganggap dirinya berasal dari ibu kota Chang'an, kampung halaman leluhur keluarga Du.[6]

Ibu Du Fu meninggal tidak lama setelah ia lahir, sehingga dibesarkan oleh bibinya. Ia mempunyai seorang kakak lelaki yang meninggal dunia ketika masih muda. Ia juga mempunyai 3 saudara tiri laki-laki dan seorang saudara tiri perempuan yang sering disebut dalam puisi-puisi karangannya, tetapi ia tak pernah menyebut ibu tirinya.[6]

 
Tiongkok pada masa Du Fu.

Sebagai seorang anak ahli-pejabat kecil, masa mudanya dihabiskan dengan pendidikan standar bagi calon pejabat negara, yaitu mempelajari dan menghafalkan kitab-kitab tulisan klasik Kong Hu Cu tentang filsafat, sejarah dan puisi. Du Fu mengatakan bahwa, ia telah membuat beberapa puisi yang bagus pada masa remajanya, tetapi puisi-puisi ini sekarang sudah hilang.[7]

Awal 730-an, Du Fu mengunjungi daerah Jiangsu dan Zhejiang. Puisi-puisi awalnya yang masih ada hingga saat ini menceritakan tentang suatu pertandingan puisi, diperkirakan sekitar tahun 735.[8] Pada tahun itu juga ia pergi ke Chang'an untuk mengikuti ujian kenegaraan, tetapi ia gagal. Hung menyimpulkan bahwa kegagalan Du Fu adalah karena gaya prosanya pada masa itu dianggap terlalu berat dan tidak jelas, sedangkan Chou beranggapan bahwa kegagalan Du Fu dalam memelihara hubungan dan jaringan di ibu kota yang menjadi alasan utama kegagalannya dalam ujian negara. Setelah kegagalan ini, Du Fu kembali melanjutkan perjalanannya ke Shandong dan Hebei.[9][10]

Ayah Du Fu meninggal sekitar 740. Sepeninggal ayahnya, ia seharusnya bisa mendapatkan kedudukan di pemerintahan karena pangkat ayahnya, tetapi ia memberikan jabatan tersebut kepada salah satu saudara tirinya.[11] Ia menghabiskan 4 tahun tinggal di daerah Luoyang dan melakukan kewajibannya dalam urusan keluarga.[12]

Pada musim semi 744, Du Fu bertemu dengan Li Bai (Li Po) untuk pertama kalinya, kedua penyair ini menjalin hubungan pertemanan. David Young menggambarkan hubungan ini sebagai "elemen formatif paling signifikan dalam perkembangan artistik Du Fu" karena memberinya contoh hidup dari kehidupan seorang penyair-sarjana penyendiri yang membuatnya tertarik setelah kegagalannya dalam ujian negara.[13] Namun, hubungan itu agaknya hanya sepihak saja. Du Fu lebih muda beberapa tahun dari Li Bai, yang pada saat itu sudah menjadi seorang penyair yang terkenal. Ada sekitar 12 puisi Du Fu mengenai dan ditujukan kepada Li Bai, tetapi hanya dari pihak Du Fu saja. Mereka bertemu sekali lagi pada 745.[14]

Pada 746, Du Fu pindah ke ibu kota guna membangun kembali kariernya. Pada tahun berikutnya, ia mengikuti ujian negaranya yang kedua, tetapi semua kandidat tidak diluluskan oleh perdana menteri (sebagai aksi pencegahan adanya persaingan dari kadidat yang lulus). Setelah itu ia tidak pernah lagi mencoba mengikuti ujian negara, ia malah mengajukan petisi langsung kepada kaisar pada 751, 754 dan kemungkinan sekali lagi pada 755.

Du Fu menikah sekitar tahun 752 dan lima tahun kemudian ia mempunyai lima orang anak, tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan, tetapi salah satu anak laki-lakinya meninggal saat masih balita pada 755. Sejak 754, ia mulai mengalami masalah dengan pernapasannya (kemungkinan besar penyakit asma), penyakit pertama dari sekian banyak penyakit yang mengikutinya sepanjang sisa hidupnya. Pada tahun itu pula Du Fu terpaksa memindahkan keluarganya karena ancaman kelaparan yang diakibatkan oleh banjir besar di wilayah tersebut.[1]

Pada 755, ia mendapatkan posisi minor di kantor komandan istana putra mahkota[15] Meskipun hanya jabatan kecil, setidaknya ini akan menjadi awal karier resmi. Namun, belum juga ia mulai bekerja, pergolakan politik pun terjadi.

 
Patung perunggu Du Fu di Pondok Jerami Du Fu, Chengdu, Tiongkok.

Masa perang sunting

Pemberontakan An Lu shan yang terjadi pada Desember 755 dan belum bisa dipadamkan sepenuhnya walaupun sudah berlangsung selama 8 tahun, mengakibatkan perubahan yang drastis pada masyarakat Tiongkok. Sensus 754 menunjukan jumlah populasi sebanyak 52,9 juta jiwa, tetapi pada 764 berkurang menjadi 16,9 juta jiwa, sisanya mengungsi atau terbunuh.[16] Pada periode ini, Du Fu menjalani hidup yang tidak pasti karena adanya perang yang mengakibatkan kelaparan dan guncangan politik. Namun, pada periode yang tidak menyenangkan ini pula lah Du Fu mengembangkan dirinya sebagai penyair, banyak puisi-puisinya yang terkenal ditulisnya pada periode ini: Eva Shan Chou menulis, "Apa yang dia lihat di sekitarnya—kehidupan keluarganya, tetangga, dan orang asing– apa yang dia dengar dan apa yang dia harapkan atau takuti dari kemajuan berbagai kampanye—menjadi tema abadi karya puisinya".[17] Bahkan ketika dia mengetahui tentang kematian anak bungsunya, dia berpaling pada penderitaan orang lain dalam puisinya alih-alih memikirkan kemalangannya sendiri.[1] Du Fu menulis:

Merenungi tentang apa yang telah saya alami, jika saya tahu penderitaan seperti itu, orang biasa pasti akan seperti diguncang oleh angin.[1]

Pada 756, Kaisar Xuanzong terpaksa melarikan diri dari ibu kota dan turun takhta. Du Fu yang berada jauh dari kota, membawa keluarganya ke tempat yang aman dan berusaha untuk bergabung dengan istana kaisar baru (Kaisar Suzong), tetapi dia ditangkap oleh para pemberontak dan dibawa ke Chang'an.[18] Ketika musim gugur, putra bungsunya lahir dan diberi nama Du Zongwu (Bayi Beruang). Sekitar waktu ini, Du Fu diperkirakan terjangkit penyakit malaria.[19]

Dia melarikan diri dari Chang'an pada tahun berikutnya dan diangkat sebagai Penasihat kekaisaran ketika dia bergabung kembali dengan kekaisaran pada Mei 757.[20] Jabatan tersebut memberinya akses kepada kaisar tetapi sebagian besar bersifat seremonial. Kesadaran Du Fu memaksanya untuk mencoba memanfaatkannya: dia menyebabkan masalah bagi dirinya sendiri dengan memprotes pemecatan teman dan pelindungnya, Fang Guan karena tuduhan kecil. Dia ditangkap tetapi kemudian diberi pengampunan pada bulan Juni.[20] Dia diizinkan mengunjungi keluarganya pada bulan September, tetapi dia segera bergabung kembali dengan istana dan pada 8 Desember 757, dia kembali ke Chang'an bersama kaisar setelah kota itu berhasil kembali oleh pasukan pemerintah.[21] Namun, nasihatnya masih terus tidak dihargai dan pada musim panas 758, jabatannya diturunkan menjadi Komisaris Pendidikan di Huazhou.[22] Jabatan ini tidak sesuai dengan seleranya: dalam satu puisi, Du Fu menulis:

Aku akan berteriak histeris di kantor / Apalagi saat mereka membawa lebih banyak kertas yang ditumpuk semakin tinggi di atas mejaku.[23]

Dia pindah pada musim panas 759, yang secara tradisional dianggap karena adanya ancaman kelaparan, tetapi Hung percaya bahwa frustrasi adalah penyebab yang lebih mungkin.[24] Dia selanjutnya menghabiskan sekitar enam minggu di Qinzhou (sekarang bernama Tianshui, di provinsi Gansu), tempat Du Fu menulis lebih dari enam puluh puisi.

Chengdu sunting

 
Pondok Jerami Du Fu.

Pada Desember 759, dia tinggal sebentar di Tonggu (sekarang Gansu). Dia berangkat pada 24 Desember ke Chengdu (provinsi Sichuan),[25] dan dijamu oleh pejabat setempat yang juga sesama penyair bernama Pei Di.[26] Du kemudian menetap di Sichuan selama hampir lima tahun.[27] Pada musim gugur tahun itu, dia mengalami kesulitan keuangan dan mengirim puisi memohon bantuan ke berbagai kenalan. Dia merasa lega setelah dibantu oleh Yan Wu, seorang teman dan mantan kolega yang menjabat sebagai gubernur jenderal di Chengdu. Terlepas dari masalah keuangannya, saat itu adalah salah satu periode paling bahagia dan paling damai dalam hidupnya. Banyak puisi Du Fu pada periode ini menggambarkan kedamaian dalam hidupnya selama di Pondok Jerami Du Fu.[1] Pada 762, dia meninggalkan kota untuk menghindari pemberontakan, tetapi kembali pada musim panas 764 ketika dia ditunjuk menjadi Penasihat Yan, yang terlibat dalam kampanye melawan Kekaisaran Tibet.[28]

Tahun-tahun terakhir sunting

Luoyang, wilayah tempat kelahirannya, dipulihkan oleh pasukan pemerintah pada musim dingin 762 dan pada musim semi tahun 765 Du Fu dan keluarganya berlayar menyusuri Sungai Yangtze, tampaknya dengan maksud untuk melanjutkan perjalanan melalui sungai.[29] Perjalanan ditempuh dengan perlahan karena terganggu oleh kesehatannya yang semakin memburuk (pada masa ini dia menderita masalah penglihatan, tuli dan usia lanjut sebagai tambahan dari penyakit sebelumnya). Mereka tinggal di Kuizhou (saat ini bernama Baidicheng, Chongqing) di depan pintu masuk ke Tiga Ngarai selama hampir dua tahun sejak akhir musim semi 766.[30] Periode ini merupakan pembungaan puisi besar terakhir Du Fu, di tempat ini dia menulis 400 puisi dengan gaya yang padat dan lambat.[30] Pada musim gugur 766, Bo Maolin menjadi gubernur wilayah tersebut: dia mendukung Du Fu secara finansial dan mempekerjakannya sebagai sekretaris tidak resmi.[31]

Pada Maret 768, dia melanjutkan perjalanannya dan hingga tiba di provinsi Hunan dan Du Fu meninggal di Tanzhou (sekarang Changsha) pada November atau Desember 770 dalam usia 58 tahun. Dia meninggalkan seorang istri dan dua putra, yang tinggal di daerah itu setidaknya hingga beberapa tahun kemudian. Keturunan terakhirnya yang diketahui adalah seorang cucu lelakinya yang meminta Yuan Zhen untuk menulis di prasasti kuburan Du Fu pada 813.[32]

Hung merangkum hidupnya dengan menyimpulkan bahwa, "Dia tampak seperti anak berbakti, ayah yang penyayang, saudara yang murah hati, suami yang setia, teman yang baik, pejabat yang berbakti dan seorang patriotik."[33]

Berikut ini adalah salah satu karya Du Fu pada periode terakhirnya berjudul "贈衛八處士" (harfiah "Teruntuk Wei Ba di Masa Pensiun") yang dalam bahasa Inggris diberi judul To My Retired Friend Wei.[34] Seperti banyak puisi lainnya pada masa Dinasti Tang, puisi ini mengangkat tema perpisahan antara teman dalam waktu lama yang umumnya disebabkan oleh mutasi pejabat ke provinsi lain:[35]

人生不相見,Kita sudah lama tidak bertemu,
動如參與商,kita bagaikan bintang pagi dan sore yang tidak pernah bisa bertemu di langit,
今夕復何夕?Malam macam apakah ini?
共此燈燭光。Sehingga kita harus berbagi cahaya lilin.

少壯能幾時?Berapa lama masa muda mampu bertahan?
鬢髮各已蒼。Rambutmu sudah mulai beruban demikian pula dengan rambutku.
訪舊半為鬼,Dari semua kenalan lama, setengah dari mereka sudah menjadi hantu,
驚呼熱中腸。aku terperanjat dan kaget setengah mati, aku menangis.

焉知二十載,Tidak terasa dua puluh tahun telah berlalu,
重上君子堂。dan aku tidak tahu di mana engkau tinggal.
昔別君未婚,Engkau masih belum menikah ketika kita berpisah,
兒女忽成行;setelah sekian lama, engkau telah menikah dan memiliki beberapa anak;
怡然敬父執,Anak-anakmu dengan sopan menyapa teman ayah mereka,
問我來何方。anak-anakmu bertanya mengenai perjalananku.
問答乃未已,Sebelum aku dapat memuaskan rasa ingin tahu mereka,
驅兒羅酒漿。engkau menyuruh anakmu menyuguhiku anggur.

夜雨剪春韭,Kita mengunyah lokio yang baru saja kita kumpulkan di tengah hujan sore,
新炊間黃粱。dalam makanan segar berbiji kasar, kegembiraan meluap saat teman lama bertemu kembali.
主稱會面難,Engkau merasa takjub dengan pertemuan kita yang tidak terduga ini,
一舉累十觴;dalam sekali teguk, engkau habiskan lebih dari secawan anggur;
十觴亦不醉,Cawan berikutnya, masih dengan semangat yang tinggi dan engkau masih sadar,
感子故意長。aku berterima kasih atas persahabatanmu yang begitu tulus.
明日隔山岳,Besok kita akan dipisahkan oleh pegunungan lagi,
世事兩茫茫。masa depan tidak ada yang tahu dan tidak bisa ditentukan.

Kesehatan sunting

Du Fu merupakan orang pertama dalam catatan sejarah yang diidentifikasi sebagai pasien diabetes. Pada tahun-tahun terakhirnya, ia menderita diabetes dan tuberkulosis, akhirnya meninggal di atas kapal di Sungai Yangtze pada usia 58 tahun.[36]

Karya sunting

 
Bagian dari puisi Du Fu "Tentang Kunjungan ke Kuil Laozi", seperti yang disalin oleh seorang penulis kaligrafi abad ke-16.

Karya-karya Du Fu terpusat pada alur sejarah, pengaruh moral dan keahliannya dalam menulis.

Sejarah sunting

Sejak zaman Dinasti Song, Du Fu sering disebut sebagai “Penyair Sejarah” (诗史shī shǐ).[37] Puisi-puisinya mengomentari taktik militer, kesuksesan atau kegaggalan dari pemerintah, juga puisi nasihat yang ditulisnya untuk kaisar. Secara tidak langsung, ia menulis mengenai pengaruh ketidakstabilan politik yang terjadi pada saat itu terhadap dirinya dan juga rakyat Tiongkok lainya. Komentar politik Du Fu lebih berdasarkan emosi, bukan kalkulasi: anjuran-anjurannya telah diparafrasekan demikian, "Marilah kita mengurangi sikap mementingkan diri sendiri, marilah kita melakukan apa yang seharusnya kita lakukan".[38] Namun, karena pandangan-pandangannya sulit dibantah, pemahamannya tentang apa yang baik yang dinyatakannya dengan kuat, memungkinkan ia dianggap sebagai tokoh utama dalam sejarah puisi Tiongkok.

Meskipun dia menulis dalam semua jenis puisi, Du Fu terkenal karena karyanya yang bergaya lǜshi, sejenis puisi dengan batasan bentuk dan isi yang ketat. Sekitar dua pertiga dari 1.500 karya Du Fu yang masih ada hingga saat ini bergaya lǜshi, misalnya:

奉答岑參補闕見贈 (harfiah Menjawab dengan hormat, apa yang dikirim Penasihat Kekaisaran Cen Shen kepadaku) yang dalam bahasa Inggris diberi judul "Reply to a Friend's Advice" atau judul versi Prof. Stephen Owen "Respectfully Answering What Was Sent by Cen Shen, Rectifier of Omissions"
窈窕清禁闥,Istana itu hebat dan tenang,
罷朝歸不同。di akhir persidangan, kita mengambil jalan yang berlainan.
君隨丞相後,Engkau mengikuti Perdana Menteri dari belakang,
我往日華東。aku pergi ke arah timur menuju Gerbang Ri Hua.
冉冉柳枝碧,Cabang gandarusa berjuntai tanpa daya, menjadi hijau,
娟娟花蕊紅。kuncup bunga anggun nan menawan, menjadi merah.
故人得佳句,Jika engkau, wahai teman baikku, memiliki puisi yang indah,
獨贈白頭翁。kirimkanlah kepadaku — seorang pria tua yang mulai beruban.

Lǜshi terbaiknya menggunakan paralelisme yang diperlukan oleh jenis puisi ini untuk menambahkan konten ekspresif daripada sebagai batasan teknis belaka. Hawkes berkomentar, "sungguh menakjubkan bahwa Tu Fu dapat menggunakan bentuk yang sangat bergaya dengan cara yang begitu alami".[39]

Pengaruh sunting

Pada masa hidupnya karya-karya Du Fu tidak banyak dikenal dan lebih banyak tidak dihiraukan. Namun karya-karya mulai dinikmati pada abad ke 9, setelah memasuki abad ke 11, pada masa Dinasti Song selatan, puisi dan tulisan karya Du Fu mencapai puncaknya. Perkembangan neo-konfusianisme pada masa itu juga memengaruhi kepopuleran karya-karya Du Fu. Ia dianggap sebagai contoh puitis dari neo-konfusianisme.

Kemampuannya untuk merangkul dua oposisi, kaum konservatif yang tertarik dengan kesetiaannya terhadap negara dan kaum radikal yang tertarik dengan perhatiannya pada kaum miskin, juga membantu menyebarkan pengaruhnya di masyarakat Tiongkok pada masa itu.

Pada masa Republik Rakyat Tiongkok, karya Du Fu yang lebih banyak menceritakan tentang penderitaan rakyat dan tentang kesetiaan pada negara, juga dalam menggunakan bahasa rakyat menjadi salah satu daya tarik masyarakat Tiongkok.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f Ebrey, 103.
  2. ^ Hung, 1.
  3. ^ Watson, xvii.
  4. ^ Hung, 5.
  5. ^ Owen (1981), 184.
  6. ^ a b Hung, 19.
  7. ^ Hung, 21.
  8. ^ Hung, 24.
  9. ^ Hsieh, 2.
  10. ^ Hung, 25–28.
  11. ^ Hung, 33.
  12. ^ Chou, 9.
  13. ^ Young, 2.
  14. ^ Davis, 146
  15. ^ Hung, 86.
  16. ^ Hung, 202.
  17. ^ Chou, 62.
  18. ^ Hung, 101.
  19. ^ Hung, 110.
  20. ^ a b Hung, 108.
  21. ^ Hung, 121.
  22. ^ Hung, 130.
  23. ^ Hung, 132.
  24. ^ Hung, 142.
  25. ^ Hung, 159.
  26. ^ Chang, 63
  27. ^ Hung, passim.
  28. ^ Hung, 208.
  29. ^ Hung, 215.
  30. ^ a b Hung, 221.
  31. ^ Hung, 227.
  32. ^ Watson, xviii.
  33. ^ Hung, 282.
  34. ^ University of Virginia's 300 Tang Poems Diarsipkan 2011-08-06 di Wayback Machine.
  35. ^ Ebrey (1999), 120.
  36. ^ SAKAMOTO, Nobuo (1990). "Diabetes: A Brief Historical Retrospect". Diabetes: A Brief Historical Retrospect (dalam bahasa Japanese). 38 (6): 1091–1095. doi:10.2185/jjrm.38.1091 . ISSN 1349-7421. 
  37. ^ Schmidt, 420.
  38. ^ Chou, xvii
  39. ^ Hawkes, 46.
  • Ch'en Wen-hua. T'ang Sung tzu-liao k'ao.
  • Chou, Eva Shan; (1995). Reconsidering Tu Fu: Literary Greatness and Cultural Context. Cambridge University Press. ISBN 0-521-44039-4.
  • Cooper, Arthur (translator); (1986). Li Po and Tu Fu: Poems. Viking Press. ISBN 0-14-044272-3.
  • Hawkes, David; (1967). A Little Primer of Tu Fu. Oxford University Press. ISBN 962-7255-02-5.
  • Hung, William; (1952). Tu Fu: China's Greatest Poet. Harvard University Press. ISBN 0-7581-4322-2.
  • McCraw, David; (1992). Du Fu's Laments from the South. University of Hawaii Press. ISBN 0-8248-1422-3.
  • Owen, Stephen (editor); (1997). An Anthology of Chinese Literature: Beginnings to 1911. W.W. Norton & Company. ISBN 0-393-97106-6.
  • Rexroth, Kenneth (translator); (1971). One Hundred Poems From the Chinese. New Directions Press. ISBN 0-8112-0180-5{
  • Watson, Burton (editor); (1984). The Columbia Book of Chinese Poetry. Columbia University Press. ISBN 0-231-05683-4.
  • Watson, Burton (translator); (2002). The Selected Poems of Du Fu. Columbia University Press. ISBN 0-231-12829-0.

Daftar Pustaka sunting

Bacaan lebih lanjut sunting

Pranala luar sunting

Book 221, Book 222, Book 223, Book 224, Book 225,
Book 226, Book 227, Book 228, Book 229, Book 230,
Book 231, Book 232, Book 233, Book 234