Cecak kayu adalah sejenis reptil yang termasuk suku cecak (Gekkonidae). Tidak ada nama khusus yang dikenal dalam bahasa daerah, kecuali nama umum seperti cakcak (bahasa Sunda), cicek (Betawi), cecak (Jawa) dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebut common house gecko dan dalam bahasa Belanda disebut tjitjak, serapan dari bahasa Indonesia.

Cecak kayu
Hemidactylus frenatus

Rekaman
Status konservasi
Risiko rendah
IUCN176130
Taksonomi
KerajaanAnimalia
FilumChordata
KelasReptilia
OrdoSquamata
FamiliGekkonidae
GenusHemidactylus
SpesiesHemidactylus frenatus
Schlegel, 1836
Distribusi

Identifikasi sunting

Cecak rumah yang berukuran sedang, sampai sekitar 120 mm. Moncong relatif pendek. Dorsal berwarna abu-abu keputihan berbintik-bintik atau kehitaman. Ventral putih atau agak kekuningan. Tak ada jumbai kulit di sisi tubuh maupun di tungkai. Ekor membulat, dengan enam deret duri-duri kulit yang lunak.

Sisik-sisik berbentuk serupa bintik bulat halus di sisi dorsal (punggung), tidak seragam besarnya. Terdapat bintil-bintil yang tersusun dalam deretan agak jarang. Dua baris di tiap sisi tubuh, dari pinggang hingga ke pinggul, dan satu deret di atas pinggul. Berlanjut dengan tiga deret bintil serupa duri yang lunak di tiap sisi ekor. Sepasang pori anal terdapat di pangkal ekor di belakang anus. Ekor berwarna agak jingga kemerahan di sisi bawah ke arah ujung; perisai subkaudal (sisik-sisik lebar di sisi bawah ekor) ± ½ lebar ekor.

 
H. frenatus tidur di semak-semak di siang hari

Fase hitam: dorsal kehitaman, dengan sejalur pita keputihan berjalan di masing-masing sisi lateral, serupa bentuk kekang (frenatus berarti mengenakan kekang). Mulai dari ujung moncong di sekitar hidung, ke belakang melewati mata, atas timpanum (telinga), dan bahu; kemudian melebar di sisi tubuh, hingga berakhir di sekitar pinggul. Bercak-bercak keputihan berpasangan di punggung; bercak vertebral (di atas jalur tulang punggung) berbentuk memanjang. Kaki dan ekor berbelang-belang. haii

Kebiasaan dan Penyebaran sunting

Sifat-sifat ekologis dan perilaku cecak ini mirip dengan cecak tembok Cosymbotus platyurus, hanya agaknya lebih kerap ditemui pada bagian yang berkayu di rumah atau di pohon dan semak di halaman. Tidak seperti cecak tembok, cecak ini lebih umum ditemui di bagian luar rumah atau di tempat terbuka.

 

Dengan mangsa utama berupa serangga kecil-kecil, cecak kayu terutama aktif berburu di malam hari (nokturnal). Cecak ini sering didapati bercampur dengan jenis cecak lain (C. platyurus dan G. mutilata) dalam kumpulan cecak di sekitar lampu. Di siang hari, cecak ini bersembunyi di sela-sela kayu atau dinding rumah.

Jantan bersuara keras, cak..cak..cak..cak, yang diambil jadi namanya.

Cecak kayu menyebar luas mulai dari Afrika timur dan selatan, Madagaskar, dan kepulauan-kepulauan Mauritius, Reunion, Rodrigues, Komoro dan Seychelles;

Pakistan, Bhutan, Nepal, India, Sri Lanka, Bangladesh, Andaman, Nikobar, Maladewa;

Tiongkok selatan, Myanmar, Laos, Kamboja, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaya, Filipina, Taiwan, Jepang (Ryukyu, Bonin);

Di Indonesia: Sumatra, Borneo, Jawa, Bali, Lombok, Sulawesi, Ambon, hingga ke Papua.

Diintroduksi ke Polinesia, Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Serikat (Hawaii, Florida).

Bahan Bacaan sunting

  • De Rooij, N., 1915, The Reptiles of Indo-Australian Archipelago
  • Manthey, U. & W. Grossmann, 1997, Amphibien und Reptilien Südostasiens. NTV Verlag, Münster.

Pranala luar sunting

[[he:שממית הבתים]

]