Candi Ngawen

bangunan kuil di Indonesia

Candi Ngawen (Jawa: ꦕꦤ꧀ꦝꦶ​ꦔꦮꦺꦤ꧀, translit. Candhi Ngawèn) adalah candi bercorak Buddhisme yang berada kira-kira 5 km sebelah utara candi Mendut, tepatnya di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.[1]

Candi Ngawen
Candi Ngawen dilihat dari sudut timur laut
Candi Ngawen di Jawa
Candi Ngawen
Location within Jawa
Informasi umum
Gaya arsitekturCandi Jawa Tengahan
KotaKecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah.
NegaraIndonesia
Candi Ngawen pada tahun 1929

Bukti Candi Ngawen berlatar belakang agama Budha berupa temuan arca Dhyani Buddha Ratnasambhawa di Candi II dan arca Dhyani Buddha Amithaba di Candi IV. Berdasarkan gaya arsitektur bangunannya, situs candi di Kabupaten Magelang ini berdiri sekitar abad IX – X Masehi.

Bentuk bangunannya memiliki ciri khas yang menjadi pembeda dengan candi lainnya. Yaitu dengan adanya hiasan patung singa pada keempat sudutnya. Sepintas nyaris mirip dengan bangunan candi Hindu karena bentuknya yang meruncing. Akan tetapi, jika kalian amati dengan saksama, candi ini memiliki stupa dan teras (undak-undak) yang menjadi simbol dalam candi-candi Buddha.[2]

Menurut perkiraan[siapa?], candi ini dibangun oleh penguasa Kerajaan Mataram Kuno dari wangsa Sailendra pada abad ke-8[butuh rujukan]. Menurut Soekmono keberadaan candi Ngawen ini kemungkinan besar adalah bangunan suci yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M, yaitu Venuvana (Sanskerta, yang berarti "hutan bambu").

Candi ini terdiri dari lima bangunan candi yang berukuran kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebentuk patung Buddha yang sudah tidak berkepala dengan posisi duduk Ratnasambawa tampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih tampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara. Posisi hiasan Kinnara Kinnari mengapit Kalpataru. Kinnara dan Kinnari menggambarkan mahkluk kahyangan yang berwujud setengah manusia dan setengah burung. Sementara itu, Kalpataru merupakan pohon kahyangan yang hidup sepanjang masa tempat dimana menggantungkan segala asa. Pohon ini digambarkan memiliki dahan-dahan yang diartikan sebagai untaian perhiasan yang indah, sehingga dijaga makhluk-makhluk kahyangan seperti Kinara Kinari.[3]

Penelitian Candi Ngawen salah satunya oleh peneliti asal Belanda, Van Erp yang memulainya pada tahun 1920. Ia memulai ekskavasi candi dengan mengeringkan lahan sawah tempat penemuan pertama kali candi tersebut. Sekarang, sekeliling candi ini terdapat hamparan sawah yang menawarkan keindahan tersendiri.

Keunikan & Daya Tarik sunting

Salah satu keunikan dari benda cagar budaya yang satu ini, yaitu keberadaan 4 buah arca singa di setiap sudut Candi II dan Candi IV. Kompleks candi tersebut terdiri dari 5 buah candi yang berderet sejajar dari utara ke selatan.

Bangunan Candi Ngawen ini semuanya menghadap timur. Berturut dari arah selatan Candi Ngawen I, II, III, IV dan V dengan masing-masing berdenah bujur sangkar. Candi II dan IV memiliki ukuran dan bentuk konstruksi yang sama.

Daya tarik lainnya, terletak pada seni arsitektur candi ini dari temuan arca singa yang menopang empat sisi bangunan candi yang berhasil direkonstruksi dari 5 bangunan yang ada. Gaya ukiran arca singa ini menyerupai lambang singa pada negara Singapura dan berfungsi mengaliri air hujan yang keluar lewat mulut arca.

Dari kelima candi yang terdapat di kompleks Candi Ngawen, hanya Candi II yang telah selesai pemugaran pada tahun 1927. Sehingga mempunyai komponen yang paling lengkap. Empat candi yang lain hanya tinggal Khaki. Dari semuanya, ada yang terparah yakni Candi I, hanya tinggal pondasi.

Referensi sunting

  1. ^ "CANDI NGAWEN - UNKRIS". p2k.unkris.ac.id. Diakses tanggal 2022-12-28. 
  2. ^ "Berkunjung ke Candi Ngawen, Situs Candi Buddha di Magelang"
  3. ^ Kebudayaan, Direktorat Pelindungan (2019-04-22). "Candi Ngawen, Si Mungil dengan Bingkai Keindahan Alamnya". Direktorat Pelindungan Kebudayaan. Diakses tanggal 2022-12-28.