Bedaya Kajongan

salah satu tarian di Indonesia


Tari Bedaya Kajongan merupakan tarian sakral dari kesultanan Kanoman yang disusun oleh Sultan Kanoman VIII Pangeran Raja Adipati (PRA) Dzoelkarnaen, terdiri dari dua orang penari dan hanya boleh disaksikan oleh keluarga keraton saja.

Sejarah

sunting

Tari Bedaya Kajongan disusun oleh Sultan Kanoman VIII Pangeran Raja Adipati (PRA) Dzoelkarnaen[1] yang merupakan putra kedua Sultan Kanoman VII Pangeran Raja Adipati (PRA) Komaruddin sekaligus putra pertama dari istri keduanya yaitu Ratu Raja Apsari.

Tari Bedaya Kajongan terakhir kali dipentaskan pada acara khitanan keluarga kesultanan Kanoman pada masa Sultan Kanoman kesepuluh Pangeran Raja Adipati (PRA) Muhammad Nurus pada tahun 1970[2]

Revitalisasi

sunting

Usaha revitalisasi tari Bedaya Kajongan secara internal kesultanan Kanoman telah dilakukan sejak tahun 1999 dengan berusaha bertanya dan membantu para penarinya yang tersisa dan sudah tua untuk mengingat gerakannya, untuk membantu mengingat kembali gerakan tari Bedaya Kajongan maka gamelannya pun dimainkan pelan pelan, dari situ para penarinya yang sudah tua mulai mengingat kembali gerakan gerakan dalam tarian sakral Bedaya Kajongan yang sudah lama tidak lagi dipentaskan.

Proses revitalisasi tari Bedaya Kajongan dilakukan karena sudah mengkhawatirkannya keadaan penarinya yang sudah tua sehingga ditakutkan tidak adanya lagi penerusnya setelah mereka meninggal, pada tahun 2009 keluarga kesultanan Kanoman bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia untuk mengupayakan penelusuran kembali tari Bedaya Kajongan.

Pada tahun 2011, Sultan Kanoman XII Mochammad Emirudin menitahkan kepada Patih kesultanan Kanoman Pangeran Raja (PR) Qodiran dan Ratu Raja (RR) Arimbi Nurtina (keduanya adalah saudara Sultan Kanoman XII Mochammad Emirudin) untuk merumuskan gagasan revitalisasi seni sekaligus melakukan penelusuran tari Bedaya Kajongan. Usaha revitalisasi ini akhirnya mencapai puncaknya dengan ditarikannya Bedaya Kajongan diatas taburan bunga putih yang beralaskan karpet hijau pada sabtu malam 10 September 2011 dalam acara pagelaran revitalisasi tari Bedaya Kajongan oleh Ratu Anah Sukaningrat dan Raden Nurmini (keduanya sudah berusia lanjut) yang bertempat di bangsal Jinem keraton Kanoman, acara tersebut dihadiri oleh perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, perwakilan dari negara sahabat serta dari kalangan seniman, pemuka agama dan perwakilan media massa.[2]

Filosofi

sunting

Tari Bedaya Kajongan memiliki filosofi tari Rwa-Bineda (dua hal yang berbeda namun sejatinya saling melengkapi) mengisahkan perang batin dengan hawa nafsu.[1]

Pewarisan

sunting

Proses pewarisan tari Bedaya Kajongan termasuk ketat, dikarenakan secara adat tari Bedaya Kajongan merupakan tari yang dipentaskan secara internal maka para penarinya dilarang untuk menurunkan gerakan tarinya kepada orang diluar kerabat keraton.[2]

Referensi

sunting