Batu sajadah merupakan salah satu destinasi wisata religi di daerah Gumelem, Susukan, Banjarnegara. Sebuah lempeng batu berbentuk persegi panjang yang ketebalannya sekitar 40 cm dengan pucuk oval layaknya sajadah ini menjadi salah satu bukti peninggalan kerajaan Mataram Islam di Banjarnegara khususnya Kademahan Gumelem. Tempat beribadah 'Batu sajadah' ini diyakini oleh masyarakat setempat dibuat oleh Ki Ageng Gumelem dan pengikutnya yang pada saat itu di utus oleh Raja Mataram untuk menjaga makam Ki Ageng Giring di puncak bukit Girilangan. pembuatan alat solat dengan batu.[1]

Lokasi sunting

Batu sajadah terletak di sisi kiri jalan menuju makam pada puncak bukit Girilangan Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.[2]

Asal-usul sunting

Masyarakat setempat meyakini batu tersebut sebagai alas shalat berdasarkan bentuknya yang dikuatkan dengan posisinya menghadap arah kiblat maka dari itu mereka menyebutnya 'Batu Sajadah'.

Asal muasal keberadaan 'Batu Sajadah' berkaitan erat dengan cerita turun temurun masyarakat sekitar tentang Kademahan Gumelem yang meriwayatkan bahwa Ki Ageng Gumelem ditugasi untuk menjaga makam Ki Ageng Giring oleh Raja Mataram, sekitar abad ke 16.

Ki Ageng Giring merupakan ulama dan tokoh pembesar keluarga kerajaan Mataram yang jasadnya hilang saat tanah tempat kerandanya diletakkan ambles di bukit Girilangan.[3]

Referensi sunting

  1. ^ "Di Balik Kisah dan Asal-usul Batu Sajadah di Puncak Girilangan Banjarnegara". Tribunjateng.com. Diakses tanggal 2023-10-01. 
  2. ^ Bayu, Satrio Mur. "Kisah Sajadah Tebal yang Kini Jadi Wisata Religi". detikTravel. Diakses tanggal 2023-02-26. 
  3. ^ "Di Balik Kisah dan Asal-usul Batu Sajadah di Puncak Girilangan Banjarnegara". Tribunjateng.com. Diakses tanggal 2023-02-26.