Perhatian, asi[1], perbenaan[2], atau atensi (istilah psikologi) adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari pengindraan, ingatan maupun proses kognitif lainnya. Proses perhatian membantu ketepatgunaan penggunaan sumber daya mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan respon terhadap rangsang tertentu.[3]

Sifat perhatian sunting

Sumber daya mental manusia yang terbatas untuk memproses suatu rangsang membutuhkan bantuan untuk mempercepat waktu reaksi. Mengarahkan pada suatu informasi tertentu akan mempercepat proses mental mengolah suatu rangsang. Misalnya, dalam mengemudi, perhatian yang mengarahkan pengemudi pada situasi jalan raya akan mempercepat reaksinya menginjak pedal rem jika menghadapi situasi membahayakan.

Perhatian juga terpengaruh oleh perbedaan usia, terutama pada masa kanak-kanak.[4]

Groover menyebutkan bahwa faktor yang memengaruhi persepsi dan ingatan adalah perhatian (attention). Perhatian merupakan aktivitas menjaga sesuatu tetap dalam pikiran yang membutuhkan kerja mental dan konsentrasi. Terdapat 5 jenis perhatian,[5] yaitu:

1. Perhatian selektif (Selective attention)

Perhatian selektif terdapat pada situasi ketika seseorang memantau beberapa sumber informasi sekaligus. Penerima informasi harus memilih salah satu sumber informasi yang paling penting dan mengabaikan yang lainnya. Faktor-faktor yang memengaruhi perhatian selektif adalah harapan, stimulus, dan nilai-nilai. Penerima informasi mengharapkan sebuah sumber tertentu menyediakan informasi dan memberikan perhatian lebih pada sumber tersebut, memilih perangsang (stimulus) yang paling memberikan efek atau terlihat dibanding yang lain, dan memilih sumber informasi yang paling penting.

2. Perhatian terfokus (Focused Attention)

Perhatian terfokus mengacu kepada situasi ketika seseorang diberikan beberapa input, tetapi harus fokus pada satu input saja selama selang waktu tertentu. Penerima informasi berfokus pada satu sumber atau input dan tidak terganggu oleh gangguan-gangguan lain. Faktor yang berpengaruh terhadap perhatian terfokus adalah jarak dan arah, serta gangguan dari lingkungan sekitar. Penerima informasi akan lebih mudah menerima informasi dari sumber yang berada langsung di depannya.

3. Perhatian terbagi (Divided Attention)

Perhatian terbagi terjadi ketika penerima informasi diharuskan menerima informasi dari berbagai sumber dan melakukan beberapa jenis pekerjaan sekaligus.

4. Perhatian yang terus-menerus (Sustained Attention)

Perhatian terus menerus dilakukan penerima informasi yang harus melihat sinyal atau sumber pada jangka waktu tertentu yang cukup lama. Dalam situasi ini sangat penting bagi penerima informasi untuk mencegah kehilangan sinyal.

5. Kurang perhatian (Lack of Attention)

Kurang perhatian merupakan situasi ketika penerima informasi tidak berkonsentrasi terhadap pekerjaannya. Situasi ini disebabkan oleh kebosanan atau kejenuhan dan kelelahan. Ciri-ciri pekerjaan yang dapat menimbulkan situasi kurang perhatian adalah pekerjaan dengan siklus pendek, sedikit membutuhkan pergerakan tubuh, lingkungan yang hangat, kurangnya interaksi dengan pekerja lain, motivasi rendah, dan tempat kerja memiliki pencahayaan yang buruk.

Proses perhatian sunting

Perhatian dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar.

  • Proses otomatis tidak melibatkan kesadaran, misalnya mengarahkan pandangan pada rangsang yang menarik secara kognisi. Memperhatikan secara otomatis dilakukan tanpa bermaksud untuk memperhatikan suatu hal. Perhatian terhadap suatu hal atau tindakan dapat dibentuk sehingga menjadi otomatis (otomatisasi) melalui latihan dan frekuensi melakukan tindakan tersebut.
  • Proses terkendali biasanya dikendalikan oleh kesadaran, bahkan membutuhkan kesadaran untuk dapat mengarahkan perhatian secara terkendali. Biasanya proses terkendali membutuhkan waktu lebih lama untuk dilakukan, karena dilakukan secara bertahap.
 

Proses pembiasaan terhadap suatu hal selain membentuk proses otomatisasi, tetapi juga membentuk pembiasaan yang justru menyebabkan perhatian menjadi berkurang pada hal-hal berkaitan yang tidak menjadi fokus dari pembiasaan. Penginput data di komputer lebih memperhatikan poin informasi yang biasa diinputnya, tetapi kadang-kadang luput membaca informasi yang berbeda dari biasanya. Proses pembiasaan tidak hanya menjalankan tugas perhatian, tetapi juga tugas-tugas lainnya seperti motorik, mengingat dan lain-lain.

Ergonomi kognitif mempelajari kemampuan dan keterbatasan otak dan sistem indra manusia ketika melakukan pekerjaan yang memiliki kandungan pemrosesan informasi (Groover, 2007). Ergonomi kognitif penting untuk dipelajari karena perkembangan pada sektor industri ketika pekerjaan memproses informasi dan komunikasi semakin meningkat. Selain itu, peningkatan penggunaan peralatan dengan teknologi canggih, mekanisasi dan otomasi akan memberikan pengaruh terhadap perilaku manusia dalam sistem manusia-mesin. Operator dapat dimodelkan sebagai pemroses informasi dari sistem yang harus memecahkan permasalahan dengan menggunakan informasi dari sistem.

Manusia menerima perangsang baik dari luar maupun dalam tubuhnya. Bagian tubuh yang menerima perangsang tersebut disebut reseptor. Terdapat 5 jenis indra tubuh manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, sentuhan, rasa, dan bau. Reseptor pendengaran (audio) menerima 15-19% informasi dari seluruh informasi yang diterima dan sebagian besar, yaitu 80% informasi, diterima manusia melalui penglihatan (visual).

Perangsang yang diterima oleh indra tubuh manusia kemudian diteruskan menjadi persepsi. Persepsi merupakan tahap kognitif ketika manusia menyadari sensasi yang disebabkan oleh perangsang dan penafsiran informasi dari pengalaman atau pengetahuannya (Groover, 2007). Proses persepsi terdiri dari dua tahap, yaitu deteksi dan rekognisi. Deteksi terjadi pada saat manusia menyadari adanya perangsang (bottom up processing), dan rekognisi terjadi ketika manusia menafsirkan arti dari perangsang tersebut serta mengidentifikasinya dengan pengalaman/pengetahuan sebelumnya (top down processing).

Perangsang yang diterima oleh sistem indra tubuh kemudian diterima manusia sebagai informasi dan disimpan dalam ingatan sensori. Ingatan ini memengaruhi persepsi manusia dan kemudian menjadi ingatan kerja (ingatan jangka pendek). Informasi baru dijaga dalam ingatan dengan adanya proses mental dan kemudian disimpan dalam ingatan jangka panjang.

Jenis fungsi perhatian sunting

Ada beberapa pendapat apakah ini merupakan jenis fungsi perhatian (diantaranya pendapat Sternberg) atau hanya jenis perhatian. Terdapat tiga fungsi dalam melakukan perhatian terkendali

Deteksi sinyal[6] sunting

Bertugas untuk mendeteksi kemunculan dari rangsang khusus.

Perhatian selektif sunting

Memilih suatu rangsang tertentu dan mengabaikan rangsang lainnya.

Perhatian terbagi sunting

Menempatkan sumber daya perhatian secara bijaksana untuk mengoordinasi pelaksanaan beberapa tugas sekaligus.

Neurologi perhatian sunting

Perhatian erat kaitannya dengan fungsi otak. Bagian otak yang memproses perhatiaj terletak pada anterior di dalam frontal lobe yang aktif pada proses perhatian terkendali dan pada posterior di dalam parietal lobe. Perhatian juga melibatkan aktivitas saraf pada korteks penginderaan, terutama visual dan motorik.

Perhatian visual sunting

Semakin kecil bayi semakin sulit untuk mengalihkan perhatian pada hal lain, karena gerak motorik dan mata masih terbatas. Pada dewasa kerusakan pada posterior parietal lobe dapat menyebabkan pengabaian yang parah pada integrasi kontralateral visual dan pengindraan lainnya.

Gangguan pada perhatian sunting

Beberapa gangguan pada perhatian menyebabkan terjadinya gangguan perilaku seperti pada

  • Autisme
  • Attention-deficit hyperactivity disorder atau ADHD

Catatan kaki sunting

  1. ^ (Indonesia) Arti kata asi dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
  2. ^ (Indonesia) Arti kata perbenaan dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
  3. ^ Sternberg. R.J. (2006) Cognitive Psychology Bellmont,CA:Thomson Wadsworth
  4. ^ Bjorklund. D.F (2000) Children's thinking: Developmental function and individual differences. 3rd ed.Bellmont, CA:Wadsworth
  5. ^ Grover, S., Pick, D., Teo, S., Roche, M., & Newton, C. (2015). Psychological Capital As A Personal Resources In The JD-R Model. Personnel Review, 968-984.
  6. ^ Wade, Carole; Tavris, Carol; Garry, Maryane (2016). Psikologi. Jakarta: Erlangga. hlm. 198. ISBN 978-602-298-674-4.