Asyera (/[invalid input: 'icon']ˈæʃərə/; Ugaritic: 𐎀𐎘𐎗𐎚: 'ṯrt; Ibrani: אֲשֵׁרָה; Inggris: Asherah) adalah nama dewi penduduk asli tanah Kanaan yang menjamin kesuburan. Lambangnya ialah pohon yang rimbun atau suatu "tiang berhala" yang oleh para nabi Israel ditentang keras (Ulangan 16:21, 2 Raja-raja 23:4-6). Dalam mitologi Semitik merupakan "dewi ibu" (mother goddess), yang muncul dalam sejumlah sumber kuno termasuk tulisan bahasa Akkadia dengan nama Ashratum atau Ashratu dan dalam budaya Het atau Hitit sebagai Asherdu(s), Ashertu(s), Aserdu(s) atau Asertu(s). Asyera juga dianggap sama dengan dewi Ugarit Athirat (lebih tepatnya ditulis ʼAṯirat).

Asherah

Istri dewa sunting

Dipuja sebagai istri Baal. Selain itu juga diidentifikasi sebagai istri atau ratu dari dewa Sumeria, Anu, atau dewa Ugarit, "El", dewa tertua di kumpulan dewa-dewa mereka.[1][2] Peran ini memberi Asyera kedudukan tinggi di kalangan para dewa Ugarit.[3] Nama Allat (Elat, Ilat) dalam Sanchuniathon jelas berkaitan dengan Asyera, karena julukan yang sama "dewi paling gemilang" (the goddess par excellence), yang diberikan kepadanya.[4] Kitab Yeremia yang ditulis sekitar tahun 628 SM tampaknya mengacu kepada Asyera ketika menggunakan julukan "Ratu Surga" ("Queen of Heaven", Ibrani: לִמְלֶכֶת הַשָּׁמַיִם) dalam Yeremia 7:18 dan Yeremia 44:17–19, 25.[5]

Di Ugarit sunting

Dalam teks Ugarit (sebelum 1200 SM) Athirat hampir selalu diikuti oleh gelar penuhnya rbt ʼaṯrt ym, rabat ʼAṯirat yammi, 'Dewi Athirat dari Laut' atau diterjemahkan lebih lengkap 'Wanita yang menenun di atas laut', (Ugaritic: 𐎗𐎁𐎚 𐎀𐎘𐎗𐎚 𐎊𐎎 ) Nama ini muncul 12 kali di Epik Ba'al saja.[6] Diyakini bahwa nama ini berasal dari akar kata Ugarit ʼaṯr 'perselisihan' yang seiring dengan akar kata Ibrani ʼšr dengan makna yang sama.

Di Israel dan Yehuda sunting

Ada pakar yang berpendapat bahwa nama Asyera dihilangkan dari Alkitab dan bahwa banyak orang Israel menyembah banyak dewa, termasuk Asyera, sebelum tahun 586 SM.[7] Professor Herbert Niehr dari Tübingen University berpendapat bahwa politheisme perlahan-lahan digantikan ooleh monotheisme antara tahun 586 SM dan abad ke-2 SM.[8][9] Banyak pakar kitab suci percaya bahwa Asyera pada suatu ketika disembah sebagai pasangan Ba'al.[8] Bukti yang dipakai misalnya adalah penemuan dari abad ke-8 SM dalam bentuk kombinasi ikonografi dan tulisan di Kuntillet Ajrud, bagian utara gurun Sinai,[10] pada bejana penyimpanan yang menunjukkan tiga oknum banthropomorphic (berbentuk manusia) dengan kata-kata "Ba'al … dan Asyera-Nya".[11][12] Bukti lain termasuk banyak patung wanita yang digali di Israel kuno, mmendukung pandangan bahwa Asyera berfungsi sebagai dewi dan pasangan Ba'al serta dipuja sebagai "Ratu Surga".[11]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ OCWM 2000, hlm. 32.
  2. ^ Oxford Companion to World Mythology, p.32
  3. ^ Binger 1997, hlm. 74
  4. ^ Olyan, Saul M. (1988), Asherah and the cult of Yahweh in Israel, Scholars Press, hlm. 79, ISBN 9781555402549 
  5. ^ Rainer, Albertz (2010), "Personal piety", dalam Stavrakopoulou, Francesca; Barton, John, Religious Diversity in Ancient Israel and Judah (edisi ke-reprint), Continuum International Publishing Group, hlm. 135–146 (at 143), ISBN 9780567032164 
  6. ^ Gibson, J C L; Driver, G R (1978), Canaanite myths and legends, T. & T. Clark, ISBN 9780567023513 
  7. ^ Viegas, Jennifer. "God's Wife Edited Out of the Bible -- Almost". Discovery, LLC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-11-18. Diakses tanggal 8/21/2012. 
  8. ^ a b "BBC Two - Bible's Buried Secrets, Did God Have a Wife?". BBC. 2011-12-21. Diakses tanggal 2012-07-04. 
  9. ^ Quote from.the BBC documentary: "Between the 10th century and the beginning of their exile in 586 there was polytheism as normal religion all throughout Israel; only afterwards things begin to change and very slowly they begin to change. I would say it [the sentence "Jews were monotheists" - n.n.] is only correct for the last centuries, maybe only from the period of the Maccabees, that means the second century BC, so in the time of Jesus of Nazareth it is true, but for the time before it, it is not true."
  10. ^ Ze’ev Meshel, Kuntillet ‘Ajrud: An Israelite Religious Center in Northern Sinai, Expedition 20 (Summer 1978), pp. 50–55
  11. ^ a b Dever 2005
  12. ^ Hadley 2000, hlm. 122–136

Pustaka tambahan sunting

Pranala luar sunting