Astana Giribangun

bangunan kuil di Indonesia

Astana Giribangun adalah sebuah mausoleum bagi keluarga Presiden Republik Indonesia ke-2, Soeharto. Kompleks makam ini terletak di lereng Gunung Lawu pada ketinggian 660 meter di atas permukaan laut, tepatnya di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah, sekitar 35 km di sebelah timur kota Surakarta.[1]

Astana Giribangun
Peta
Details
Didirikan1974
Lokasi
NegaraIndonesia
Koordinat7°39′08″S 111°04′15″E / 7.652170°S 111.070971°E / -7.652170; 111.070971
JenisMakam keluarga
GayaJawa
PemilikYayasan Mangadeg Surakarta
Luas43 ha (110 ekar)
Jml. kuburan4
The Political Graveyard[http://politicalgraveyard.com/geo/* Soeharto

Bangunan sunting

Makam ini dibangun di atas sebuah bukit, tepat di bawah Astana Mangadeg, komplek pemakaman para penguasa Mangkunegaran, salah satu pecahan Kesultanan Mataram. Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter dpl, sedangkan Giribangun pada 660 meter dpl. Di Astana Mangadeg dimakamkan Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, MN II, dan MN III.[2]

Pemilihan posisi berada di bawah Mangadeg itu bukan tanpa alasan; untuk tetap menghormat para penguasa Mangkunegaran, mengingat Ibu Tien Soeharto adalah keturunan Mangkunegoro III. Komplek makam ini memiliki tiga tingkatan cungkup (bangunan makam): cungkup Argo Sari teletak di tengah-tengah dan paling tinggi, di bawahnya, terdapat cungkup Argo Kembang, dan paling bawah adalah cungkup Argo Tuwuh.

Pintu utama Astana Giribangun terletak di sisi utara. Sisi selatan berbatasan langsung di jurang yang di bawahnya mengalir Kali Samin yang berkelok-kelok indah dipandang dari areal makam. Terdapat pula pintu di bagian timur kompleks makam yang langsung mengakses ke Astana Mangadeg.

Selain bangunan untuk pemakaman, terdapat sembilan bangunan pendukung lainnya. Di antaranya adalah masjid, rumah tempat peristirahatan bagi keluarga Soeharto jika berziarah, kamar mandi bagi peziarah utama, tandon air, gapura utama, dua tempat tunggu atau tempat istirahat bagi para wisatawan, rumah jaga dan tempat parkir khusus bagi mobil keluarga.

Di bagian bawah, terdapat ruang parkir yang sangat luas. Pada masa Soeharto berkuasa, di areal ini terdapat puluhan kios pedagang yang berjualan suvenir maupun makanan untuk melayani peziarah dan wisatawan. Namun kini di tempat itu tidak diizinkan lagi menjadi tempat berjualan dengan alasan keamanan dan ketenangan.

Argosari sunting

Makam yang luas itu terdiri dari beberapa bagian. Di antaranya adalah bagian utama yang disebut Cungkup Argosari yang berada di dalam ruangan tengah seluas 81 meter persegi dengan dilindungi cungkup berupa rumah bentuk joglo gaya Surakarta beratap sirap. Dinding rumah terbuat dari kayu berukir gaya Surakarta pula.[3]

Di ruangan ini hanya direncanakan untuk lima makam. Saat ini paling barat adalah makam Siti Hartini, di tengah terdapat makam pasangan Soemarharjomo (ayah dan ibu Tien) dan paling timur adalah makam Ibu Tien Soeharto. Tepat di sebelah barat makam Ibu Tien terdapat makam Soeharto.

Masih di bagian Argosari, tepatnya di emperan cungkup seluas 243 meter persegi, terdapat tempat yang direncanakan untuk makam 12 badan.

Di beranda cungkup seluas 405 meter persegi terdapat areal untuk 48 badan. Yang berhak dimakamkan di tempat itu adalah penasihat, pengurus harian serta anggota pengurus Yayasan Mangadeg yang mengelola pemakaman tersebut. Termasuk yang berhak dimakamkan di tempat itu adalah pengusaha Sukamdani Sahid Gitosardjono beserta istri.

Argokembang sunting

Bagian yang berada di luar lokasi utama adalah Cungkup Argokembang seluas 567 meter persegi. Tempat ini tersedia tempat bagi 116 badan. Yang dapat dimakamkan di lokasi itu adalah para pengurus pleno dan seksi Yayasan Mangadeg ataupun keluarga besar Mangkunegaran lainnya yang dianggap berjasa kepada yayasan yang mengajukan permohonan untuk dimakamkan di astana tersebut.

Argotuwuh sunting

Paling luar adalah Cungkup Argotuwuh seluas 729 meter persegi. Tempat ini tersedia tempat bagi 156 badan. Seperti halnya Cungkup Argo Kembang, yang berhak dimakamkan di lokasi itu adalah para pengurus Yayasan Mangadeg ataupun keluarga besar Mangkunegaran lainnya yang mengajukan permohonan.

Biaya bagi pengunjung sunting

Bagi pengunjung yang membawa kendaraan bermotor, dipungut retribusi oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar untuk pemeliharaan jalan menuju Astana Giribangun. Pada tahun 2012, retribusi untuk minibus adalah sebesar Rp 5.000. Di lokasi makam, pihak yayasan memungut biaya parkir, untuk minibus sebesar Rp 3.000.[4]

Selain itu, terdapat beberapa pungutan tanpa tanda bukti yang dilakukan oleh yayasan. Yayasan memungut "biaya administrasi" untuk selembar surat izin masuk makam dengan nilai seikhlasnya. Surat izin itu diminta kembali oleh yayasan ketika memasuki cungkup Argosari. Keluar dari cungkup Argosari, pengunjung dipungut lagi "biaya kebersihan makam" oleh yayasan, juga dengan nilai seikhlasnya. Yayasan juga menyediakan jasa foto langsung jadi di dekat makam Pak Harto dengan pungutan sebesar Rp 20.000 per foto.

Sejarah sunting

Astana Giri Bangun dibangun pada tahun 1974 oleh Yayasan Mangadeg Surakarta, dan diresmikan penggunaannya pada tahun 1976. Peresmian itu ditandai dengan pemindahan sisa jenazah Soemaharjomo (ayah Tien Soeharto) dan Siti Hartini Oudang (kakak tertua Ibu Tien), yang keduanya sebelumnya dimakamkan di Makam Utoroloyo, salah satu makam keluarga besar keturunan Mangkunegaran yang berada di Kota Solo.

Gambar sunting

Lokasi sunting

di wikimapia

Referensi sunting

  1. ^ "Giribangun, Peristirahatan Presiden Soeharto"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-21. Diakses tanggal 2018-08-21. 
  2. ^ Pamungkas, Putradi. "Mampir ke Astana Mangadeg, Tempat Peristirahatan Terakhir Pangeran Sambernyawa". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2020-01-20. 
  3. ^ Labibzamani. "Menilik Makam Presiden Soeharto di Cungkup Argosari Astana Giribangun Karanganyar". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2020-01-20. 
  4. ^ "Ziarah Khidmat Keluarga ke Astana Giribangun". Indonesia Inside. 2019-03-02. Diakses tanggal 2020-01-20. 

Pranala luar sunting