Anglofilia (berasal dari Latin anglus yang berarti "Inggris" dan Bahasa Yunani kuno φίλος - philos, yang artinya "teman") adalah orang yang mencintai kebudayaan Inggris dan Inggris secara umum.[1] Anglofilia merupakan antonim Anglofobia.[2]

Istilah ini biasa dipergunakan untuk orang-orang di seluruh dunia (di Amerika khususnya digunakan di New England, New York, dan tempat lainnya sepanjang Pantai Timur Amerika Serikat) yang mendasarkan bisnis, politik ataupun hubungan sosialnya sebagaimana yang diterapkan di daratan Inggris.

Dalam beberapa kasus, seorang "anglofilia" adalah seseorang yang lebih mencintai kebudayaan Inggris; dan sering kali menganggap kebudayaan itu lebih unggul dibandingkan yang lainnya; atau sangat menghargai sejarah Inggris.

Namun ada juga orang-orang yang memiliki ketertarikan yang tinggi pada kebudayaan tradisional Inggris (misalnya Shakespeare, Jane Austen, Dr Johnson), ada juga para anglofilia yang menyukai musik pop dan cadas dari Inggris dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya.

Seorang anglofilia dari Amerika akan lebih senang mempergunakan kata-kata dengan ejaan Bahasa Inggris - Inggris, misalnya dia akan lebih suka menggunakan ejaan colour daripada color, favourite dibandingkan favorite dan 'centre' daripada center. (Lihat Perbedaan bahasa Inggris Britania dan bahasa Inggris Amerika)

Tokoh-tokoh yang mengaku sebagai Anglofilia:

Sejarah sunting

Hong Kong sunting

Pengacara dan politisi pro-demokrasi Martin Lee telah disebut sebagai contoh seorang Anglofilia,[5] seperti halnya aktivis sosial Alexandra Wong yang dikenal mengibarkan bendera Inggris pada protesnya dan menyatakan kesukaannya akan periode kolonial.[6][7]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ "The American Heritage Dictionary of the English Language: Fourth Edition.2000". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-05. Diakses tanggal 2008-08-08. 
  2. ^ Dictionary.com: anglophile
  3. ^ Subhas Chandra Bose, Sisir Kumar Bose, Narayan Gopal Jog (1998) Beacon Across Asia: Biography of Subhas Chandra Bose (Orient Longman) ISBN 81-250-1028-9 p. 117
  4. ^ Second Chance: Two Centuries Of German-speaking Jews in the United Kingdom edited by Werner E. Mosse, Julius Carlebach, Gerhard Hirschfeld, Aubrey Newman, Arnold Paucker, Peter Pulzer, J.C.B. Mohr, London, 1991 page 135.
  5. ^ Pomfret, James, and Jesse Pang (30 November 2020). "Democracy Darkens: For Hong Kong Activists, a Year of Despair and Dread." Reuters. Retrieved 17 October 2021.
  6. ^ "Flag-waving Grandma Wong gives Hong Kong protesters lesson in endurance". Reuters. 3 July 2019. 
  7. ^ Roantree, Anne Marie (12 July 2019). "'I miss colonial times': Hong Kong protest regular Grandma Wong on the city's uncertain future". Hong Kong Free Press. Reuters. Diakses tanggal 6 April 2021.